Selasa, 31 Juli 2012

Distribution Grid Impact of Plug-In Electric Vehicles Charging at Fast Charging Stations Using Stochastic Charging Model


Abstract
PEVs (Plug-In Electric Vehicles) are gaining momentum from major car and battery manufacturers as a result of human induced global warming and volatility in petroleum prices. Charging PEVs at public fast charging station can improve the acceptance of PEVs to the public and increase their penetration level by breaking battery related bottlenecks. However, the price for the impact of fast charging stations on the distribution grid has to be dealt with. The main purpose of this paper is to investigate the impacts of fast charging stations on a distribution grid using a stochastic fast charging model and to present the charging model with some of its results. The model is used to investigate the impacts on distribution transformer loading and system bus voltage profiles of the test distribution grid. Stochastic and deterministic modelling approaches are also compared. It is concluded that fast charging station can affect transformer loading and system bus voltage profiles. Hence, necessary measures such as using local energy storage and voltage conditioning devices, such as SVC (Static Var Compensator), have to be used at the charging station to handle the problems. It is also concluded that stochastic modelling approach can produce a more sound and realistic results than deterministic approach.

Authors: Kalid Yunus, Hector Zelaya De La Parra, Muhamad Reza


Plug-In Electric Vehicle Charging Impacts on Power Systems



A Thesis Presented to ABB Corporate Research and Chalmers University of Technology Academic Faculty


ABSTRACT
Individual ICE (Internal Combustion Engine) driven vehicles are essential components of life in nations across the world. However, volatility in petroleum prices, security concerns associated with imported oil and anthropogenic climate change contribute to increasing interest in alternative vehicle technologies that are more efficient than „traditional‟ car concepts.
For a number of advantages they offer, PEVs (Plug-In Electric Vehicles) are taking center stage in the current developments to resolve impacts of ICEs in the transportation industry. If this paradigm shifts from conventional oil fueled to grid supplied transportation is to take place, there will be a significant challenges and opportunities waiting for both automobile industries, oil industries and power supply industries. The goal of this thesis is therefore to develop probabilistic models that can quantify charging patterns of PEVs to allow utilities to evaluate their increasing charging impacts on the power systems.
The heart of this diploma work can be split into two parts. The first is the probabilistic models themselves. Given any power systems of study, the outputs from these models can be used with base load profiles to investigate impacts on that system. Two major probabilistic models are developed. The first model quantifies charging patters of PEVs at fast charging station, which are the future equivalents of present petrol filing stations.
Four sub-models are developed that play with tuning different input parameters to help us have a broader understanding of fast charging patterns. A number of interesting outputs including load profiles, distribution of SOC (State of charge), and distribution of required number poles, distribution of number of charging per day and similar other distribution are generated f from the fast charging models. The second important models are the model that quantifies residential charging patterns of PEVs. Similar to fast charging models, a number of outputs including load profiles, SOC distribution, parking and charging time interval are among the important.
The second important part is impact analysis of PEV fast charging on a given power system. Three fast charging stations are deployed in Västerås primary distribution network to study impacts PEV fast charging on system bus voltage. Similarly PEV residential charging models are deploying PEVs in Västerås secondary distribution network to study impacts of residential charging on transformer loading, hotspot temperature variation and accelerated aging factor profiles.

Author: Yunus, Kalid Jemal




Impacts of Stochastic Residential Plug-In Electric Vehicle Charging on Distribution Grid


Abstract--In this paper, the impacts of residential Plug-In Electric Vehicles (PEVs) charging on a distribution grid are investigated. A stochastic charging model is developed and used to study the impacts on distribution transformer loading, hotspot temperature variation and Accelerated Aging Factor (AAF) of the transformer. Different penetration levels of PEVs are considered in a typical distribution system. Furthermore, distribution of State of Charge (SOC) is discussed which can be used to optimize battery capacity and required charging
infrastructure. Distribution of parking time interval is also discussed which can be used to evaluate availability of PEVs for overnight charging. The merit of stochastic approach compared with deterministic approach is also illustrated. The main contribution of this paper is the stochastic approach to evaluate the impact of residential PEV charging on the distribution grid.

Authors: K.J. Yunus, M. Reza (SM’03), H. Zelaya- De La Parra (SM’02), K. Srivastava (SM’96)


Senin, 30 Juli 2012

PLN akan bangun 10 SPBU Listrik di Jakarta


Tahun ini, PT PLN (persero) akan membangun 10 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) listrik di wilayah Jakarta sebagai bentuk dukungan rencana pengembangan mobil listrik yang dihembuskan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan. Kebutuhan investasi untuk pembangunan 1 unit SPBU listrik diperkirakan mencapai Rp 10 juta.
Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan, SPBU tersebut akan dipusatkan di tempat-tempat parkir dan parkir mall-mall yang ada di Jakarta.
"Kita akan menyediakan charging station untuk mobil listrik di Mall, perkantoran, rest area, dan sambungan khusus untuk charging karena mobil listrik membutuhkan daya 2500 kilo watt hour (KWh)," ujar Nur Pamudji di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Senin (30/7).
Untuk konsepnya berbeda dengan SPBU pada umumnya. "Kita ingin tarif charge ini tidak bersubsidi, mobil listrik Pak Dahlan butuh 4 jam ngecharge, dengan jarak tempuh Jakarta-Bandung (150km), Harga listrik Rp 1200 per kwh," jelasnya. [oer]

Minggu, 29 Juli 2012

MOBIL LISTRIK: Kemendikbud Gandeng PT DI

BANDUNG – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggandeng PT Dirgantara Indonesia (DI) untuk mengembangkan proyek mobil listrik. Mendikbud Muhammad Nuh mengatakan kerjasama ini terkait dengan rencana pemerintah memproduksi mobil listrik, dimana pada 2013 prototype mobil tersebut sudah terwujud.
“Peran kami [dalam proyek mobil listrik] untuk pengembangan dan penelitian. Untuk itu, kami melibatkan PT DI dalam proyek ini,” katanya. Muhammad Nuh menuturkan keterlibatan PT DI dalam proyek ini untuk penyediaan tempat bagi pengembangan teknologi mobil listrik. “Bisa saja produksinya berlangsung di PT DI,” katanya. Menurut dia, mobil listrik yang dikembangkan saat ini teknologi mesinnya masih memakai sistem baterai. Ke depan, tidak menutup kemungkinan akan menggunakansolar cell.
Saat ini, ujarnya, pemerintah terus mempersiapkan proyek mobil listrik mulai dari sistem permesinan, penyediaan infrastruktur, termasuk regulasinya. “Seperti, soal STNK untuk mobil tersebut. Lalu, pengisian atau tempat chargelistrik secara gratis,” katanya.
City Car
Menyoal prototype mobil listrik sendiri, Nuh mengakui pihaknya belum menentukan jenisnya apakah city car, penumpang umum, atau angkutan barang. “Itu masih belum kami tentukan. Tapi, apabila melihat pemakaian dana subsidi yang banyak, sepertinya, prototype akan dikembangkan dengan jenis city car dan penumpang umum,” katanya.
Dia berpendapat mobil listrik jenis city car produk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bisa dijadikan acuan. Jika peluncuran prototype ini bisa sesuai target dan rencana pada 2013, diharapkan mobil listrik nasional siap produksi massal pada 2014. “Apabila sifatnya mass product, terbuka opsi bagi pihak mana pun untuk menggarapnya,” katanya.
Nuh juga mengharapkan ada industri otomotif nasional yang terlibat. Namun, hal ini agak berat karena sampai saat ini industri otomotif di Tanah Air mayoritas perusahaan asing.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT DI Budi Santoso mengatakan untuk mendukung proyek mobil listrik pihaknya menghibahkan 4 unit mobil city car bernama Gang Car produksi 2003 kepada Kemendikbud. Mobil produksi PT DI itu yang awalnya menggunakan mesin berbahan bakar minyak dan berkapasitas mesin 250 cc tersebut, dalam waktu dekat segera berubah menjadi mobil listrik. “Kami serahkan mobil ini diteliti dan dikembangkan lebih lanjut,” katanya.
Dia menyampaikan PT DI terlibat dalam kerjasama ini dengan menyediakan lokasi dan tempat bagi pengembangan program mobil listrik tersebut. Untuk proses pembuatan sendiri, pihaknya akan membentuk tim khusus. PT DI sendiri dalam pembuatan mobil itu, mengadopsi teknologi pesawat terbang. “Badan mobil berbahan fibreglass spesial. Meski bobotnya ringan, bahan itu kuat,” katanya.

Jumat, 27 Juli 2012

Kemenperin Kawal Perpajakan Mobil Listrik


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, Kementerian Perindustrian mendapat tugas untuk mengawal hal perpajakan mobil listrik. "Kami disini ditugasin ngawal tax fiscal-nya," sebut Hidayat, di sela-sela Sidang Kabinet Terbatas, di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (27/7/2012).
Dia mengatakan, mobil listrik sekarang ini masih berada dalam tahap awal.  Kementerian Perindustrian, kata dia, juga akan mengawal pembuatan mobil ini bila sudah masuk dalam skala industri. "Jadi masih diproses awal. Itu masih mengalami beberapa proses lagi," sambung Hidayat.
"Tahun 2014 menurut saya kalau mau di -ass product-nya," tandasnya.
Pemerintah akan mengembangkan mobil listrik menjadi mobil nasional. Tahun 2014 direncanakan sebanyak 10.000 unit akan diproduksi. "Kita akan jadikan mobil nasional. Kalau kita bicara mobil nasional ya diproduksi nasional, otaknya nasional, ototnya nasional," sebut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, di Jakarta, Senin (23/7/2012).
Hatta pun sudah mendapatkan laporan bahwa riset sejumlah universitas telah melakukan perkembangan yang berarti terkait dengan mobil listrik. Ia pun menyebutkan, mobil listrik yang dibuat oleh alumnus ITB Dasep Ahmadi sudah masuk ke level 7 dalam technology readyness level. Mobil tersebut pun siap masuk ke level 9.
"LIPI sudah produksi kendaraan listrik bus juga berbagai macam kendaraan-kendaraan city car model-modelnya yang sudah masuk kategori kalau dalam istilah Menristek itu skala 9, sempurna itu 9, kita berada di skala 7 sekarang untuk city car," papar Hatta.
Karena keyakinan itu maka Pemerintah pun memutuskan untuk segera membentuk Pusat Pengembangan Teknologi dan Industri Otomotif. Pusat ini akan melibatkan Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan, dan BUMN. Lalu, Pemerintah akan menyelesaikan semua Peraturan Pemerintah yang terkait dengan insentif dan disinsentif.
Tahun 2014, ia pun optimistis mobil listrik akan diproduksi sebanyak 10.000 unit. Ia yakin akan ada investor dan BUMN yang akan memberikan dukungan dalam memproduksi mobil ini secara massal. "Kalau itu (swasta) sih banyak begitu kita kasih kemudahan dan insentif," tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro, mengatakan, insentif kepada mobil listrik adalah bebas bea masuk dan PPn BM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) untuk, diantaranya mesin dan batere. "Pokoknya komponen utama maupun komponen penunjangnya," sebut Bambang.
Editor :
Erlangga Djumena



http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/07/27/11263658/Kemenperin.Kawal.Perpajakan.Mobil.Listrik

Rabu, 25 Juli 2012

Ini alasan kenapa Dahlan Iskan pakai mobil listrik

JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan akhirnya buka kartu kenapa sering memakai mobil listrik buatan Ahmadi. Katanya, dua unit mobil mewahnya yang sering dipakai sebagai kendaraan operasional ternyata sedang mogok.

Kedua mobil tersebut sekarang berada di bengkel. "Mungkin mobil saya yang dua itu iri karena saya pindah ke lain hati dengan menggunakan mobil listrik," katanya, Rabu (25/7).

Dahlan mengaku tak habis pikir mengapa mobil Mercy dan Jaguar miliknya itu mogok ketika akan melakukan ujicoba pertama kali mobil listrik buatan Ahmadi. Hingga sekarang, kedua mobil pribadinya itu masih belum bisa beroperasi. "Yang Mercy apalagi, spare part-nya harus menunggu dulu sebulan dari Jerman," ujarnya.

Meski kedua mobil mewahnya mogok, Dahlan tak mau ambil pusing. Saat ini dirinya sangat nyaman menggunakan mobil listrik buatan Ahmadi itu. "Pokoknya saya menggunakan mobil listrik ini sangat senang," ucapnya.


http://industri.kontan.co.id/news/ini-alasan-kenapa-dahlan-iskan-pakai-mobil-listrik

Selasa, 24 Juli 2012

PROGRAM MOBIL LISTRIK: Jangan One Man Show Dong...

JAKARTA: Mendikbud Muhammad Nuh mengisyaratkan jangan ada one man show dalam pengembangan mobil listrik nasional.

Karena itu dia minta semua pihak terkait pengembangan mobil listrik nasional untuk berkoordinasi satu sama lain agar pengembangan industri otomotif nasional dapat fokus, sinergis dan komprehensif.

"Tidak boleh jalan sendiri-sendiri. Jangan ada yang 'one man show'. Demikian juga BUMN tidak boleh jalan sendiri, semuanya harus bersinergi," kata Nuh, di Kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, Senin.

Menurut Nuh, dalam rapat dengan Menko Perekonomian untuk pengembangan mobil listrik nasional disepakati pembentukan Pusat Pengembangan Teknologi dan Industri Otomotif (PPTI-O).

Tugassnya mengintegrasikan dan mensinergikan sumber daya yang ada, temasuk pengembangan secara sistemik dan berkelanjutan.

Pembahasan soal mobil listrik tersebut sudah memasuki kali ketiga setelah sebelumnya Presiden memanggil para rektor perguruan tinggi, dan pada sidang kabinet di Jogjakarta.

"Kemendikbud tugasnya melakukan penguatan riset dan pengembangan, dengan melibatkan UI, ITB, UGM, ITS, UNS dan Politeknik Manufaktur Bandung," katanya.

Untuk itu Kemendikbud juga akan melibatkan Kemenristek (BPPT dan LIPI) dan Kementerian BUMN seperti PT Industri Kerta Api (INKA), PT Dirgantara Indonesia, PT PIndad, dan Lembaga Elektronika Nasional (LEN).  (antara/ra)

Mobil Listrik jadi Kendaraan Dinas Menteri

JAKARTA - Impian Indonesia untuk memiliki mobil nasional (mobnas) listrik tak lama lagi bakal menjadi kenyataan. Ini setelah berbagai kementerian teknis siap bahu-membahu menyukseskan proyek mobnas listrik.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, tidak hanya mendukung, namun mobnas listrik juga akan menjadi kendaraan dinas para pejabat, termasuk anggota kabinet. "Begitu dinyatakan laik dan layak (jalan), semua menteri akan menggunakan (mobnas listrik)," ujarnya usai rapat koordinasi membahas mobnas listrik di kantornya, Senin (23/7).

Sebagaimana diketahui, selain mobil listrik Ahmadi yang berjenis city car, saat ini salah seorang kreatir mobil listrik di Yogyakarta yang oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan dijuluki Putra Petir, juga sedang ada pengembangan mobil listrik sekelas Ferrari. Selain itu, masih ada pengembangan beberapa jenis mobil listrik lainnya.

Menurut Hatta, pemerintah memang tidak main-main dalam pengembagan mobnas listrik. Karena itu, semua kementerian terkait sudah diinstruksikan untuk bersama-sama memberikan iklim kondusif bagi mobil ramah lingkungan tersebut. "Wujud konkritnya, pemerintah akan segera membentuk pusat pengembangan teknologi dan industri otomotif nasional," katanya.

Hatta menyebut, masing-masing kementerian memiliki tanggung jawab sendiri. Misalnya, Kementerian Keuangan menyusun paket insentif pajak seperti pembebasan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), pengurangan bea masuk barang modal atau komponen mobnas listrik yang saat ini masih harus diimpor karena belum bisa diproduksi di Indonesia. "Tentu, kita juga akan mengembangkan industri komponen di dalam negeri, misalnya untuk baterai," sebutnya.

Sementara itu, Kementerian Perindustrian akan menyiapkan regulasi untuk proses produksi mobnas listrik, Kementerian ESDM menyiapkan infrastruktur seperti stasiun pengisian listrik (charge), adapun Kementerian Pendidikan Nasional serta Kementerian Riset dan Teknologi akan membantu proses riset dan sinergi dengan berbagai perguruan tinggi (PT). "Sedangkan BUMN, nanti bisa menjadi investor, swasta juga bisa," ujarnya.

Hatta menyebut, pemerintah telah menggandeng enam perguruan tinggi dan 2 lembaga yakni Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Adapun enam PT yang digandeng adalah Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), dan Politeknik Manufaktur Bandung. "Laporan dari Mendikbud, kemajuannya sangat pesat," katanya.

Menurut Hatta, pemerintah menargetkan, paling lambat pada 2014, mobnas listrik yang saat ini masih dalam bentuk prototipe atau purwarupa, sudah bisa diproduksi secara massal. "Targetnya sampai 10 ribu unit per tahun," ujarnya. Kemarin, Hatta yang ditemani Menteri BUMN Dahlan Iskan, juga sempat mencoba mengendarai mobil listrik Ahmadi. 

Dahlan menambahkan, sesuai instruksi Presiden SBY, segala hal yang terkait dengan regulasi untuk proses produksi maupun insentif perpajakan, harus sudah tuntas dalam waktu tiga bulan. "Itu untuk mobil listrik dan mobil hibrida," katanya.

Salah satu regulasi yang ditunggu-tunggu adalah insentif perpajakan. Sebab, hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap harga jual mobil listrik. Tanpa insentif, maka harga mobil listrik Ahmadi diperkirakan mencapai Rp 300 juta. Tentu itu jauh di atas harga mobil sekelas city car berbahan bakar BBM yang hanya dijual di kisaran Rp 120 - 150 juta per unit.

Karena itu, menurut Dahlan, agar bisa diterima oleh pasar atau masyarakat, maka mobnas listrik harus dijual dengan harga yang tidak terlalu jauh beda dengan mobil berbahan bakar BBM. Untuk mobil listrik Ahmadi, dia menargetkan bisa dijual di bawah Rp 200 juta. "Harga ini akan bergantung pada seberapa banyak insentif yang diberikan," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Menteri ESDM Rudi Rubiandini mengatakan, saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan Pertamina dan PLN untuk mendesain pengembangan stasiun pengisian listrik. Selain di SPBU milik Pertamina, alat charger juga akan dibangun di tempat-tempat umum seperti mal/pusat perbelanjaan. "Kami sedang membuat kajian, apakah charger itu nanti digratiskan," katanya.

Di sisi lain, gairah pengembangan mobil listrik di Indonesia rupanya membuat salah satu raksasa otomotif dunia asal Jepang, Mitsubishi, juga berminat untuk menjual mobil listrik i-Miev di Indonesia. "Tahun depan, mereka akan ekspansi," ujar Deputi Menko Perekonomian bidang Perdagangan dan Industri Eddy Putra Irawady.

Saat ini, i-Miev merupakan salah satu mobil listrik terlaris di dunia. Kendaraan jenis city car (sama dengan Ahmadi) yang pertama kali diluncurkan di Jepang pada 2009 tersebut kini sudah laku terjual lebih dari 17.000 unit di seluruh dunia. (owi)


Sumber: http://www.jpnn.com/read/2012/07/24/134655/Mobil-Listrik-jadi-Kendaraan-Dinas-Menteri-

Senin, 23 Juli 2012

Bus Listrik LIPI - Ristek



JAKARTA, 23/7- PROGRAM MOBIL LISTRIK. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa (kanan) bersama Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhamaad Hatta (kiri) melihat bus listrik seusai rapat koordinasi membahas program mobil listrik nasional di Jakarta, Senin (23/7). Menurut Hatta, program pembuatan mobil listrik nasional sudah menuju tahap pengembangan prototipe mobil, pembuatan regulasi, insentif, dan kesiapan industri. FOTO ANTARA/Prasetyo Utomo/Spt/12


Sumber: http://www.antarafoto.com/bisnis/v1343028327/program-mobil-listrik

Menko Perekonomian dan Mobil Ahmadi

JAKARTA, 23/7- PROGRAM MOBIL LISTRIK. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa (kiri) bersama Menteri BUMN Dahlan Iskan (kanan) mengendarai mobil listrik seusai rapat koordinasi membahas program mobil listrik nasional di Jakarta, Senin (23/7). Menurut Hatta, program pembuatan mobil listrik nasional sudah menuju tahap pengembangan prototipe mobil, pembuatan regulasi, insentif, dan kesiapan industri. FOTO ANTARA/Prasetyo Utomo/Spt/12


Sumber: http://www.antarafoto.com/bisnis/v1343028339/program-mobil-listrik

Kamis, 12 Juli 2012

Hevina picu inovasi mobil listrik nasional

Jakarta (ANTARA News) - Sebuah bus ukuran sedang berwarna merah cerah yang masih tampak "kinclong" terpajang megah di tempat parkir kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, sedang menunggu Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menaikinya.

Dahlan Iskan, Selasa ini, berniat merasakan nikmatnya menaiki bus listrik yang sebelumnya sudah dinikmati beramai-ramai oleh rombongan Menteri Riset dan Teknologi Gusti Mohammad Hatta dan Menteri Perhubungan EE Mangindaan pada peluncuran peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) 2012, akhir bulan lalu (26/6).

"Sangat nyaman. Dibanding dengan mobil diesel, ini tak ada suara. Mulai dari kecepatan pelan sampai kecepatan tinggi sangat halus," komentar Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rudi Rubiandini seusai mengikuti "fun drive" bersama Menristek saat itu.

Bus berkilau merah bernama Hevina (Hybrid Electric Vehicle Indonesia) itu memang bukan bus biasa yang dijalankan dengan solar atau bensin, bus ini sepenuhnya dijalankan dengan listrik dari batere Lithium (LifeP04) yang memutar motor listrik penggerak roda.

Perbedaan mendasar antara mobil listrik dan mobil konvensional terletak pada sistem penggeraknya yang 100 persen berbeda secara konsep, jika mobil konvensional menggunakan engine, mobil listrik menggunakan motor listrik.

Jika pada mobil konvensional, dalam mesin terjadi proses pembakaran sehingga menimbulkan suara bising, pada mobil listrik, motornya menggunakan energi listrik dari batere, sehingga tidak menimbulkan suara.

Bus Listrik yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut mampu membawa 15-17 orang dengan kecepatan maksimal 100 km/jam serta mampu berjalan sejauh 150 km dengan sekali pengisian batere 500 ampere.

Spesifikasinya yakni menggunakan motor tipe Brushless DC motor, nominal votalge 320 VDC, peak power 147 HP/110 KW, max motor RPM 5000, peak torque 300Nm, controller 280-380 VDC/600 A, battery pack lithium battery (lifePo4), 320 VDC/160 A, charge input 220 VAC, output 20 VDC/24 A. 

Masih Mahal
Peneliti yang memimpin riset untuk bus listrik LIPI Abdul Hapid mengakui, biaya pembuatan prototipe minibus listrik ini terbilang besar, mencapai sekitar Rp1,5 miliar, sementara harga pasaran minibus "on the road" dengan bahan bakar minyak (BBM) hanya sekitar Rp300-350 juta per unit.

Menurut dia, dimanapun di dunia mobil listrik masih mahal, namun tampak lebih murah karena mendapat subsidi dari pemerintah.

Ia mencontohkan, di China bus listrik disubsidi hingga 73.000 dollar AS per unit, sedangkan mobil listrik jenis sedan disubsidi 8.800 dollar AS, demikian pula di Amerika Serikat, dimana mobil listrik sekelas sedan disubsidi 7.500 dollar AS.

"Apalagi bus LIPI ini masih harga riset, jika sudah komersial alias diproduksi massal harganya tentu tidak sebesar itu, pastilah di bawah Rp1 miliar dan lebih kompetitif," katanya.

Ditambah lagi mobil listrik ini menyempurnakan banyak kelemahan mobil BBM karena ramah lingkungan, hemat energi dan biaya operasional yang murah, katanya.

Mengapa ramah lingkungan, menurut dia, karena bus listrik tidak mengeluarkan karbondioksida hasil pembakaran bahan bakar fosil (zero emission), dan berarti juga tak memakai knalpot, ujarnya.

Sedangkan hemat energi karena jika mobil konvensional menggunakan solar atau bensin yang disubsidi seharga Rp4.500 per liter sementara per liter dihabiskan dalam jarak 7-10 km, mobil listrik hanya menghabiskan Rp2.000 untuk 2 kWh (tanpa subsidi) yang dihabiskan dalam jarak 10 km, ujarnya.

"Mesin mobil listrik juga mati dengan sendirinya jika tidak jalan, jadi kalau berhenti di lampu merah, energi tidak digunakan, karena itu makin hemat.Efisiensinya di atas 80 persen, sementara efisiensi pembakaran di mobil konvensional hanya 12-15 persen. Apalagi di perkotaan yang macet seperti Jakarta," katanya. 

Mobil listrik, urainya, juga dapat menurunkan biaya operasional 50 persen dibanding mobil konvensional dan menurunkan biaya perawatan sampai 70 persen. 

"Perawatan mobil listrik hampir tidak ada, tidak ada radiator, tidak perlu ganti aki, tidak perlu ganti oli mesin dan filter," kata Abdul Hapid.

Dikatakannya, mahalnya mobil listrik lebih disebabkan karena harga baterenya yang masih sangat mahal, yakni 40 persen dari harga mobil keseluruhan.

"Bus listrik ini memuat 100 batere lithium yang masing-masing seberat 5 kg, sehingga berat seluruhnya 500 kg dengan total harga lebih dari Rp400 juta, lebih mahal dari harga motor listriknya," katanya.

Jika batere sudah "low-bat" pengisian batere bisa dilakukan seperti halnya men-charge handphone, namun butuh waktu empat jam agar batere bisa penuh kembali. Saat ini sudah ada charger khusus yang waktu pengisiannya cukup 20 menit.

"Pengisian bisa dilakukan pada malam hari ketika daya listrik PLN hanya digunakan 20 persen oleh masyarakat, sehingga tak akan mengganggu kapasitas terpasang," katanya. 

Jika sudah ada batere yang lebih efisien daripada batere lithium ion yang sedang populer saat ini, tegas dia, harga mobil listrik bisa jauh lebih murah dari harga sekarang.

Produksi Massal
Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Gusti Muhammad Hatta menyatakan bangga, bus listrik buatan LIPI yang telah diujicobanya cukup nyaman ditumpangi dan siap untuk digunakan sebagai sarana transportasi darat.

"Kami dengan kementerian terkait dan sejumlah pelaku usaha sudah berkoordinasi untuk mempersiapkan penyempurnaan teknologi, fasilitas produksi hingga regulasinya serta mekanisme persaingan usaha yang sehat agar bus listrik nasional ini bisa diproduksi secara massal dan kompetitif," ujarnya. 

Gusti menargetkan produksi mobil listrik dalam jumlah terbatas sudah bisa dilakukan pada awal 2013 dan dilanjutkan produksi mobil secara massal pada 2014. 

Sementara itu, Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan berjanji akan mendukung penggunaan mobil listrik tersebut di masyarakat dengan merumuskan regulasi dan juga infrastrukturnya. 

"Kami dukung ini. KESDM akan siapkan infrastruktur berupa stasiun tempat pengisian batere bagi mobil listrik," kata Wakil Menteri ESDM, Rudi Rubiandini.

Hafid menambahkan, meski konsep rancangannya berbeda dengan mobil konvensional, industri dalam negeri mampu membuat mobil listrik sendiri dan membuatnya menjadi massal.

Bus listrik LIPI, dijelaskannya, memang masih harus menggunakan motor listrik dan batere yang diimpor dari AS, sementara kerangka (chasis)-nya dari pabrik Isuzu.

"Namun konsep rancangan bus listrik ini, hingga bodinya, termasuk interior dan eksterior sepenuhnya dibuat LIPI bersama bengkel karoseri pembuat badan kendaraan niaga, truk, dan bus di dalam negeri, jadi prinsipnya kita bisa," katanya.

Jika bus listrik telah diproduksi secara massal maka, harganya akan konpetitif dan peminatnya akan meningkat, katanya sambil berharap mobil listrik LIPI ini makin memicu inovasi mobil non-BBM dan mobil listrik nasional berikutnya.

(D009)  Dewanti Lestari Editor: Aditia Maruli
Sumber: http://otomotif.antaranews.com/news/1342049995/hevina-picu-inovasi-mobil-listrik-nasional