Jakarta --- Kementerian Perindustrian mengundang investor untuk mengembangkan pabrik baterai litium di Indonesia guna mendukung program mobil listrik.
Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan investasi baterai litium berbahan dasar mineral langka itu sangat penting untuk mewujudkan program mobil listrik.
Saat ini, program mobil listrik dalam tahap persiapan oleh enam perguruan tinggi, Kementerian BUMN dan Kemendikbud. Keenam perguruan tinggi itu adalah Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Sebelas Maret, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh November, dan Politeknik Manufaktur Bandung.
"Idealnya, kami minta investasi baterai litium dari rare mineral itu di Indonesia," katanya seusai buka bersama di kediaman menteri, Senin (30/7).
Sebagai persiapan kebutuhan baterai tahan lama dengan kekuatan maksimal untuk menjalankan mobil, lanjutnya, enam universitas lengkap dengan dengan sejumlah kementerian sudah siap bersinergi untuk menyiapkan itu.
Namun, Hidayat masih enggan menyampaikan investor dari negara mana yang akan mendukung penyediaan baterai litium ini. Dia pun menampik bahwa saat ini China yang serius mengembangkan tenaga berbahan mineral alam itu. "Saya kira, siapa saja mampu mengembangkan baterai berteknologi tinggi itu."
China memiliki 36% dari total cadangan mineral langka dunia. Saat ini, China sebagai pemilik dan penyuplai mineral langka itu berencana melakukan pembatasan ekspor mineral yang vital bagi produksi gadget canggih.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, kebutuhan atas mineral langka di tingkat dunia saat ini mencapai 110.000 ton per tahun. Permintaan yang mengiringi pertumbuhan teknologi tinggi itu diperkirakan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 250.000 ton pada 2015.
Gandeng PT DI
Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggandeng PT Dirgantara Indonesia (DI) untuk mengembangkan proyek mobil listrik.
Mendikbud Muhammad Nuh mengatakan kerja sama ini terkait dengan rencana pemerintah memproduksi mobil listrik, dimana pada 2013 prototype mobil itu sudah terwujud.
"Peran kami [dalam proyek mobil listrik] untuk pengembangan dan penelitian. Untuk itu, kami melibatkan PT DI dalam proyek ini," katanya di kantor PT DI, Jumat (27/7).
Muhammad Nuh menuturkan keterlibatan PT DI dalam proyek ini untuk penyediaan tempat bagi pengembangan teknologi mobil listrik. "Bisa saja produksinya berlangsung di PT DI."
Menurut dia, mobil listrik yang dikembangkan saat ini teknologi mesinnya masih memakai sistem baterai. Ke depan, tidak menutup kemungkinan menggunakan solar cell. (k57/Ashari Purwo)
Sumber: Bisnis Indonesia, 1 Agustus 2012, hal i8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar