Kamis, 20 September 2012

Insentif Green Car Tuntas

Mobil di Bawah Rp 100 Juta Bakal Booming
(Maftuh Ihsan)
Jakarta -- Pemerintah segera merealisasikan insentif untuk pengembangan mobil murah dan ramah lingkungan, setelah peraturan presiden mengenai emisi karbon rendah terbit dalam waktu dekat.
   Meteri Perindustriam M.S. Hidayat mengungkapkan aturan insentif mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car, LCGC) yang disatukan dalam regulasi low carbon emission project (LCEP) memasuki tahap final dan direncanakan terbit dalam beberapa pekan ke depan.
   "Sekarang proses administrasinya ada di Kementerian Keuangan tetapi karena berbentuk perpres, Kemenkeu berhubungan dengan Sekretariat Negara," ujarnya seusai peluncuran Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla di Jakarta, Rabu (19/9).
   Dia optimistis perpres itu segera diterbitkan karena industri itu segera diterbitkan karena industri otomotif sudah tidak sabar menunggunya.
   Menurut Hidayat, Kemenperin mengusulkan pembebasan pajak atau paling tidak pengurangan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) supaya harga jual mobil itu bisa ditekan hingga di bawah Rp 100 juta.
   Kehadiran Agya dan Ayla, lanjutnya, merupakan bukti keseriusan PT Astra Internasional Tbk, Toyota Motor Corporation, dan Daihatsu Motor Company dalam mendukung LCGC. "Kami sangat menghargai kehadiran mobil hasil kolaborasi ini. Namun, kami berharap harga mobil itu sesuai dengan konsep awal, tidak sampai US$ 10.000 per unit."
   Beberapa prinsipal lain juga menjajagi pasar LCGC seperti Bissan, Suzuki, dan Honda. Namun, baru kolaborasi Toyota dan Daihatsu yang berani berspekulasi dengan memperkenalkan mobil murah tersebut.
   Prsedien Direktur Astra Prijono Sugiarto mengatakan meskipun peraturan mengenai LCGC belum terbit, pihaknya serius berinvestasi karena potensi pasarnya besar.
   Dia optimistis kedua produk hasil kolaborasi itu akan sukses di pasar karena penetrasi penjualan kendaraan bermotor di Indonesia masih rendah. "Apalagi jumlah masyarakat kelas menengah ke atas meningkat."
   Menurutnya, rasio kepemilikan mobil di Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain, seperti Singapura dan Malaysia yakni 1 unit untuk 20 orang. Kondisi ini, ujar Prijono, disebabkan harga mobil relatif mahal.
   Pertambahan jumlah masyarakat kelas menengah ke atas yang saat ini sekitar 40 juta orang, diyakini akan mendongkrak permintaan terhadap mobil di dalam negeri, khususnya yang dibandrol dengan harga di bawah Rp 100 juta.

Catatan sejarah
   Yukitoshi Funo, Executive Vice President Toyota Motor Corporation, mengungkapkan pengenalan mobil hijau ini akan menjadi catatan penting dalam sejarah industri otomotif di Indonesia. Pasalnya, produk tersebut mendukung rencana pemerintah mengurangi konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi dan emisi gas karbon.
   Kerjasama Toyota dan Daihatsu telah dimulai sejak 2003 dengan memproduksi mobil penumpang multifungsi (MPV) Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang terbukti sukses sebagai mobil paling laris hingg saat ini di Indonesia.
   Sepanjang 8 bulan pertama tahun ini, total penjualan kedua produk tersebut mencapai 173.447 unit, tumbuh 11,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 155.103 unit.
   Koichi Ina, Presiden Direktur Daihatsu Motor Company, emanmbahkan ide pengembangan mobil murah ramah lingkungan ini merupakan jawaban dari program LCGC yang dibuat pemerintah dengan mengikuti segala ketentuan yang telah disepakati sebelumnya.
   Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor Sudirman M.R. mengungkapkan penentuan harga dan produksi massal masih menunggu kepastian aturan dari pemerintah. Menurutnya, jika PPnBM dapat dibebaskan, kedua mobil tersebut dapat dijual di bawah Rp 100 juta.
   Pengamat otomotif Suhari Sargo memperkirakan mobil murah ramah lingkungan ini akan sukses di pasar. "Mereka akan punya segmen tersendiri dan tidak akan mengganggu segmen lainnya." (Linda T. Silitonga/Nurudin Abdullah/Herdiyan/Hery Lazuardi) (redaksi@bisnis.co.id)

Sumber: Bisnis Indonesia, 20 September 2012, hal 1

Tidak ada komentar: