Selasa, 23 Oktober 2012

Aturan Mobil Murah Tuntas

Makin irit BBM, Potongan Pajak Makin Besar
Oleh: Herdiyan & Maftuh Ihsan

Jakarta --- Pemerintah segera merampungkan regulasi mobil murah dan ramah lingkungan, setelah melalui pembahasan yang sangat alot terkait dengan usulan pembebasan bea masuk dan pajak penjualan barang mewah serta kategorisasi kendaraan.
   Menurut sumber Bisnis, pembahasam lintas kementerian pada dasarnya telah menyepakati insnetif bea masuk dan diskon PPnBM yang diusulkan oleh Kementerian Perindustrian. Usulan itu sudah dikaji oleh Kementerian Keuangan dan segera diajukan ke Sekretariat Negara untuk disahkan dalam bentuk peraturan presiden.
   Kemenperin telah mengajukan draf usulan yang ditujukan kepada Menteri Keuangan Agus Martowardoyo dengan no. 262/M-IND/6/2012 terrtanggal 27 Juni 2012.
   Dalam draf itu, Kemenperin mengusulkan pengembangan kendaraan bermotor didorong ke arah teknologi emisi karbon rendah guna mengurangi polusi sekaligus menghemat konsumsi bahan bakar minyak.
   Kemenperin mengusulkan insnetif yang berbeda berdasarkan jenis dan kategori kendaraan serta tingkat konsumsi bahan bakar minyak berdasarkan jarak tempuh kilometer per liter. Makin irit BBM, diskon PPnBM makin besar hingga 0% dengan syarat mobil diproduksi di dalam negeri.
   Adapun, mobil yang diimpor dan tidak mengikuti program itu, tetap mengacu pada tarif PPnBBM yang berlaku saat ini, yakni 10% - 75% sesuai jenis dan kapasitas mesin.
   Ketika dikonfirmasi, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan penggodokan regulasi tersebut sedang berlangsung antara Kementerian Keuangan dan Sekretaris Negara karena bentuk aturan akan menggunakan perpres. "Kami mengusulkan besaran insentifnya kepada Kemenkeu dan akan dibawa ke Sekretariat Negara untuk segera disahkan," ujarnya, Jumat (19/10).
   Aturan itu, lanjutnya, menjelaskan pemberian insentif bagi seluruh kendaraan ramah lin gkungan, baik program low cost and green car (LCGC) yang masih menggunakan bahan bakar minyak maupun teknologi lain seperti hybrid, listrik, dan compressed natural gas (CNG). "Besaran insentifnya berbeda-beda bergantung pada efisiensi BBM."

Mobil listrik
   Menurut Hidayat, salah satu jenis mobil yang akan dibebaskan PPnBM adalah mobil listrik. Insentif bagi mobil listrik berupa diskon PPnBM dan bea masuk impor komponen akan dijelaskan dalam perpres mengenai low carbon emission program (LCEP).
   Dia mengatakan penggodokan aturan LCEP sudah berada di Kemenkeu dan Sekkneg setelah pihaknya memberikan usulan insentif untuk setiap jenis kendaraan dengan teknologi ramah lingkungan.
   Budi Darmadi, Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi, Kemenperin, menuturkan pembahasan peraturan tersebut sangat alot kerana membahas beberapa hal yang bersifat detil.
   Beberapa tema yang alot dibicarakan dalam pembahasan lintas kementerian adalah usulan Kemenperin tentang pembebasan PPnBM untuk kategori LCGC yang berada di bawah 1.000 cc.
   Suhari Sargo, ahli bidang otomotif, mengatakan LCGC akan membentuk pangsa pasar baru dan sulit merambah segmen lain di bawah atau atasnya, yaitu sepeda motor atau kendaraan serbaguna dengan kapasitas angkut lebih besar.
   Beberapa prinsipal otomotif global sudah menyatakan ketertarikan untuk mengikuti program LCEP, terutama di segmen LCGC.
   Kolaborasi antara PT Toyota Astra Motor dan PT Astra Daihatsu Motor telah memperkenalkan Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla pada Indonesia International Motor Show (IIMS) 2012 bebarapa waktu yang lalu.
   Selain itu, Nissa, Tata Motors dan Suzuki berencana mengikuti program LCGC dengan menyiapkan produk khusus yang masih dirahasiakan model dan konsepnya.
   Honda juga tertarik mengembangkan model LCGC dan bersiap memasarkan beberapa produk berteknologi ramah lingkungan lainnya. (Nurudin Abdullah/Agust Supriadi) (redaksi@bisnis.co.id)

Sumber: Bisnis Indonesia, 23 Oktober 2012, hal 1

Menanti Mobil Murah & Ramah Lingkungan

Pemerintah segera menerbitkan regulasi mengenai insentif bagi kendaraan bermotor rendah emisi, yang diyakini bakal memacu pasar otomotif nasional.

Jenis insentif
  • Bebas bea masuk impor completely bulit up (CBU) dan diskon PPnBM 18 bulan pertama
  • Jika berkomitmen untuk memproduksi di dalam negeri, akan diperpanjang selama 6 bulan
  • Jika masih mengimpor CBU maka akan tetap dikenakan PPnBM maksimum
  • Bebas bea masuk impor komponen yang tidak diproduksi di dalam nenegri selama 8 tahun untuk yang menyatakan komitmen produksi di dalam negeri
Rancangan Atural Low Carbon Emission Program (LCEP)
Syarat yang harus dipenuhi prinsipal.
  • Konsumsi bahan bakar rata-rata minimum 20 kpl untuk bensin diesel, gas-bensin, dan bahan bakar nabati. Kendaraan hybrid, hidrogen, listrik, BBG, wajib memenuhi konsumsi bahan bakar rata-rata 28 kpl.
  • Seluruh prinsipal yang mengikuti program ini wajib memiliki fasilitas manufaktur di dalam negeri, minimal merakit kendaraan atau memiliki kandungan lokal 40% dalam jangka maksimum 4 tahun
  • Emisi gas buang harus memenuhi standar Euro2, khususnya untuk mobil bahan bakar nonsubsidi dan diesel dengan ambang batas gas karbondioksida 150 gram per km atau dikonversi sama dengan konsumsi BBM pada syarat sebelumnya.
Usulan Insentif  PPnBM Kendaraan Bermotor LCEP dan Rakita Dalam Negeri (%)


Sumber: Bisnis Indonesia, 23 Oktober 2012, hal 1

Kamis, 20 September 2012

Insentif Green Car Tuntas

Mobil di Bawah Rp 100 Juta Bakal Booming
(Maftuh Ihsan)
Jakarta -- Pemerintah segera merealisasikan insentif untuk pengembangan mobil murah dan ramah lingkungan, setelah peraturan presiden mengenai emisi karbon rendah terbit dalam waktu dekat.
   Meteri Perindustriam M.S. Hidayat mengungkapkan aturan insentif mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car, LCGC) yang disatukan dalam regulasi low carbon emission project (LCEP) memasuki tahap final dan direncanakan terbit dalam beberapa pekan ke depan.
   "Sekarang proses administrasinya ada di Kementerian Keuangan tetapi karena berbentuk perpres, Kemenkeu berhubungan dengan Sekretariat Negara," ujarnya seusai peluncuran Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla di Jakarta, Rabu (19/9).
   Dia optimistis perpres itu segera diterbitkan karena industri itu segera diterbitkan karena industri otomotif sudah tidak sabar menunggunya.
   Menurut Hidayat, Kemenperin mengusulkan pembebasan pajak atau paling tidak pengurangan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) supaya harga jual mobil itu bisa ditekan hingga di bawah Rp 100 juta.
   Kehadiran Agya dan Ayla, lanjutnya, merupakan bukti keseriusan PT Astra Internasional Tbk, Toyota Motor Corporation, dan Daihatsu Motor Company dalam mendukung LCGC. "Kami sangat menghargai kehadiran mobil hasil kolaborasi ini. Namun, kami berharap harga mobil itu sesuai dengan konsep awal, tidak sampai US$ 10.000 per unit."
   Beberapa prinsipal lain juga menjajagi pasar LCGC seperti Bissan, Suzuki, dan Honda. Namun, baru kolaborasi Toyota dan Daihatsu yang berani berspekulasi dengan memperkenalkan mobil murah tersebut.
   Prsedien Direktur Astra Prijono Sugiarto mengatakan meskipun peraturan mengenai LCGC belum terbit, pihaknya serius berinvestasi karena potensi pasarnya besar.
   Dia optimistis kedua produk hasil kolaborasi itu akan sukses di pasar karena penetrasi penjualan kendaraan bermotor di Indonesia masih rendah. "Apalagi jumlah masyarakat kelas menengah ke atas meningkat."
   Menurutnya, rasio kepemilikan mobil di Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain, seperti Singapura dan Malaysia yakni 1 unit untuk 20 orang. Kondisi ini, ujar Prijono, disebabkan harga mobil relatif mahal.
   Pertambahan jumlah masyarakat kelas menengah ke atas yang saat ini sekitar 40 juta orang, diyakini akan mendongkrak permintaan terhadap mobil di dalam negeri, khususnya yang dibandrol dengan harga di bawah Rp 100 juta.

Catatan sejarah
   Yukitoshi Funo, Executive Vice President Toyota Motor Corporation, mengungkapkan pengenalan mobil hijau ini akan menjadi catatan penting dalam sejarah industri otomotif di Indonesia. Pasalnya, produk tersebut mendukung rencana pemerintah mengurangi konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi dan emisi gas karbon.
   Kerjasama Toyota dan Daihatsu telah dimulai sejak 2003 dengan memproduksi mobil penumpang multifungsi (MPV) Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang terbukti sukses sebagai mobil paling laris hingg saat ini di Indonesia.
   Sepanjang 8 bulan pertama tahun ini, total penjualan kedua produk tersebut mencapai 173.447 unit, tumbuh 11,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 155.103 unit.
   Koichi Ina, Presiden Direktur Daihatsu Motor Company, emanmbahkan ide pengembangan mobil murah ramah lingkungan ini merupakan jawaban dari program LCGC yang dibuat pemerintah dengan mengikuti segala ketentuan yang telah disepakati sebelumnya.
   Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor Sudirman M.R. mengungkapkan penentuan harga dan produksi massal masih menunggu kepastian aturan dari pemerintah. Menurutnya, jika PPnBM dapat dibebaskan, kedua mobil tersebut dapat dijual di bawah Rp 100 juta.
   Pengamat otomotif Suhari Sargo memperkirakan mobil murah ramah lingkungan ini akan sukses di pasar. "Mereka akan punya segmen tersendiri dan tidak akan mengganggu segmen lainnya." (Linda T. Silitonga/Nurudin Abdullah/Herdiyan/Hery Lazuardi) (redaksi@bisnis.co.id)

Sumber: Bisnis Indonesia, 20 September 2012, hal 1

Selasa, 14 Agustus 2012

Mobil Listrik Saingan Ahmadi


Setelah dihebohkan oleh mobil listrik buatan anak negeri Dasep Ahmadi, masyarakat mungkin terkejut dengan adanya mobil listrik tersebut di Indonesia. Padahal, mobil listrik yang hadir pertama kali di Indonesia bukan hanya Ahmadi.
Tahun 2007 lalu, dua unit mobil listrik didatangkan langsung dari Jepang untuk dipamerkan di Indonesia. Mobil mungil dengan merk Mitsubishi seri i MiEV tersebut sudah mejeng di show room PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors sebagai distribusi resmi Mitsubishi di Indonesia.
"Kami sebenarnya sudah mendatangkan mobil listrik ini sejak tahun 2007. Ada dua unit untuk kalangan internal. Sebatas sosialisasi," ujar Jerry Amran, humas PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors kepada merdeka.com, Senin (30/7).
Mobil yang mempunyai kapasitas 220 volt ini harus diisi baterai dari 7 hingga 8 jam nonstop. "Ini memang didesain untuk di charge malam hari dan digunakan untuk aktivitas pada pagi hingga malam harinya lagi," ujar dia. Namun, jika memang diperlukan, pengisian baterai di pusat pengisian baterai atau seperti SPBU, dalam 30 menit sudah bisa mengisi 80 persen kapasitas.
Selain itu, mobil ini juga bisa dikebut hingga 140 km/jam dengan jarak tempuh maksimal 150 kilo meter. "Di tanjakan juga tidak masalah," imbuh dia.
Jerry juga mengatakan bahwa mobil listrik ini adalah satu-satunya yang telah diakui oleh samsat Jakarta dan sudah berpelat hitam. "Kami memasang pelat hitam ini pada tahun 2010. Kami apresiasi pihak kepolisian yang telah mengakui kategori bahan bakar mobil ini adalah listrik," imbuh dia.
Mobil tersebut, kata Jerry, dibandrol dengan harga JPY 4 juta (Rp 482 juta) di Jepang. Namun, karena pemerintah Jepang memberikan subsidi untuk mobil listrik sebesar JPY 1 juta dan dari pemerintah daerah sebesar JPY 500.000, maka mobil ini dijual dengan bandrol JPY 2,5 juta (Rp 301 juta) saja.
"Tapi itu saya bicara di Jepang," kata dia. Sementara pada situs Mitsubishi, perusahaan tersebut menjual mobil listrik tersebut dengan harga USD 21.625 (Rp 204 juta) di Amerika Serikat.
Jerry mengaku, pihaknya saat ini tengah menunggu kebijakan pemerintah untuk pengembangan mobil listrik tersebut. "Kami harap pemerintah memberikan keringanan-keringanan yang membuat mobil ini bisa dijual di Indonesia. Karena lambat laun mobil berbahan bakar BBM akan ditinggalkan karena membuat polusi," kata dia.
Agustus nanti, kata dia, pemerintah diperkirakan akan mengumumkan insentif yang akan diberikan untuk pengembangan mobil listrik. "Sebenarnya dari dulu mobil listrik ini sudah ditunjukkan kepada Presiden SBY dan Kementerian Perindustrian. Namun belum juga ada kemajuan dari sisi kebijakan," kata dia.
Debut mobil listrik kembali digaungkan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan dengan mobil anak negeri, Ahmadi. Meskipun sudah bisa digunakan untuk transportasi, namun masih terdapat beberapa kekurangan pada mobil tersebut. Pada percobaan perdana, Ahmadi sempat mogok karena indikator baterai masih belum bekerja. Di sisi lain, mobil tersebut masih belum dilengkapi dengan pendingin ruangan. [rin]

Kamis, 09 Agustus 2012

ITB Siap Kembangkan Baterai Mobil Listrik

BANDUNG-- Dalam rangka persiapan produksi massal mobil lustrik nasional, Institut Teknologi Bandung (ITB) siap mengembangkan komponen baterai yang selama ini masih mengunakan produk impor.
   Rektor ITB Akhmaloka menyatakan saat ini mobil listrik telah dibuat oleh mahasiswa tiga fakultas di ITB di antaranya Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) bekerja sama dengan PT Pindad yang menyediakan workshop.
   "ITB akan mencoba mengembangkan baterai. Mahasiswa bidang lain akan digandeng untuk mengembangkannya, misalnya Program Studi Teknik Kimia," katanya seusai membuka the Triple Helix 10 International Conference 2012 di Bandung, Rabu (8/8).
   Menurutnya, baterai yang ada saat ini merupakan buatan Jepang dan dapat digunakan untuk perjalanan sekitar 100 km untuk sekali isi. Pengembangan baterai agar Indonesia tidak tergantung pada produk impor. (Bisnis/k6/k60)

Sumber: Bisnis Indonesia, 9/8/2012

Rabu, 01 Agustus 2012

Pemerintah Undang Investor Baterai Litium

Jakarta --- Kementerian Perindustrian mengundang investor untuk mengembangkan pabrik baterai litium di Indonesia guna mendukung program mobil listrik.
   Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan investasi baterai litium berbahan dasar mineral langka itu sangat penting untuk mewujudkan program mobil listrik.
   Saat ini, program mobil listrik dalam tahap persiapan oleh enam perguruan tinggi, Kementerian BUMN dan Kemendikbud. Keenam perguruan tinggi itu adalah Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Sebelas Maret, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh November, dan Politeknik Manufaktur Bandung.
   "Idealnya, kami minta investasi baterai litium dari rare mineral itu di Indonesia," katanya seusai buka bersama di kediaman menteri, Senin (30/7).
   Sebagai persiapan kebutuhan baterai tahan lama dengan kekuatan maksimal untuk menjalankan mobil, lanjutnya, enam universitas lengkap dengan dengan sejumlah kementerian sudah siap bersinergi untuk menyiapkan itu.
   Namun, Hidayat masih enggan menyampaikan investor dari negara mana yang akan mendukung penyediaan baterai litium ini. Dia pun menampik bahwa saat ini China yang serius mengembangkan tenaga berbahan mineral alam  itu. "Saya kira, siapa saja mampu mengembangkan baterai berteknologi tinggi itu."
   China memiliki 36% dari total cadangan mineral langka dunia. Saat ini, China sebagai pemilik dan penyuplai mineral langka itu berencana melakukan pembatasan ekspor mineral yang vital bagi produksi gadget canggih.
   Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, kebutuhan atas mineral langka di tingkat dunia saat ini mencapai 110.000 ton per tahun. Permintaan yang mengiringi pertumbuhan teknologi tinggi itu diperkirakan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 250.000 ton pada 2015.

Gandeng PT DI
   Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggandeng PT Dirgantara Indonesia (DI) untuk mengembangkan proyek mobil listrik.
   Mendikbud Muhammad Nuh mengatakan kerja sama ini terkait dengan rencana pemerintah memproduksi mobil listrik, dimana pada 2013 prototype mobil itu sudah terwujud.
   "Peran kami [dalam proyek mobil listrik] untuk pengembangan dan penelitian. Untuk itu, kami melibatkan PT DI dalam proyek ini," katanya di kantor PT DI, Jumat (27/7).
   Muhammad Nuh menuturkan keterlibatan PT DI dalam proyek ini untuk penyediaan tempat bagi pengembangan teknologi mobil listrik. "Bisa saja produksinya berlangsung di PT DI."
   Menurut dia, mobil listrik yang dikembangkan saat ini teknologi mesinnya masih memakai sistem baterai. Ke depan, tidak menutup kemungkinan menggunakan solar cell. (k57/Ashari Purwo)

Sumber: Bisnis Indonesia, 1 Agustus 2012, hal i8

Selasa, 31 Juli 2012

Distribution Grid Impact of Plug-In Electric Vehicles Charging at Fast Charging Stations Using Stochastic Charging Model


Abstract
PEVs (Plug-In Electric Vehicles) are gaining momentum from major car and battery manufacturers as a result of human induced global warming and volatility in petroleum prices. Charging PEVs at public fast charging station can improve the acceptance of PEVs to the public and increase their penetration level by breaking battery related bottlenecks. However, the price for the impact of fast charging stations on the distribution grid has to be dealt with. The main purpose of this paper is to investigate the impacts of fast charging stations on a distribution grid using a stochastic fast charging model and to present the charging model with some of its results. The model is used to investigate the impacts on distribution transformer loading and system bus voltage profiles of the test distribution grid. Stochastic and deterministic modelling approaches are also compared. It is concluded that fast charging station can affect transformer loading and system bus voltage profiles. Hence, necessary measures such as using local energy storage and voltage conditioning devices, such as SVC (Static Var Compensator), have to be used at the charging station to handle the problems. It is also concluded that stochastic modelling approach can produce a more sound and realistic results than deterministic approach.

Authors: Kalid Yunus, Hector Zelaya De La Parra, Muhamad Reza