Selasa, 23 Oktober 2012

Aturan Mobil Murah Tuntas

Makin irit BBM, Potongan Pajak Makin Besar
Oleh: Herdiyan & Maftuh Ihsan

Jakarta --- Pemerintah segera merampungkan regulasi mobil murah dan ramah lingkungan, setelah melalui pembahasan yang sangat alot terkait dengan usulan pembebasan bea masuk dan pajak penjualan barang mewah serta kategorisasi kendaraan.
   Menurut sumber Bisnis, pembahasam lintas kementerian pada dasarnya telah menyepakati insnetif bea masuk dan diskon PPnBM yang diusulkan oleh Kementerian Perindustrian. Usulan itu sudah dikaji oleh Kementerian Keuangan dan segera diajukan ke Sekretariat Negara untuk disahkan dalam bentuk peraturan presiden.
   Kemenperin telah mengajukan draf usulan yang ditujukan kepada Menteri Keuangan Agus Martowardoyo dengan no. 262/M-IND/6/2012 terrtanggal 27 Juni 2012.
   Dalam draf itu, Kemenperin mengusulkan pengembangan kendaraan bermotor didorong ke arah teknologi emisi karbon rendah guna mengurangi polusi sekaligus menghemat konsumsi bahan bakar minyak.
   Kemenperin mengusulkan insnetif yang berbeda berdasarkan jenis dan kategori kendaraan serta tingkat konsumsi bahan bakar minyak berdasarkan jarak tempuh kilometer per liter. Makin irit BBM, diskon PPnBM makin besar hingga 0% dengan syarat mobil diproduksi di dalam negeri.
   Adapun, mobil yang diimpor dan tidak mengikuti program itu, tetap mengacu pada tarif PPnBBM yang berlaku saat ini, yakni 10% - 75% sesuai jenis dan kapasitas mesin.
   Ketika dikonfirmasi, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan penggodokan regulasi tersebut sedang berlangsung antara Kementerian Keuangan dan Sekretaris Negara karena bentuk aturan akan menggunakan perpres. "Kami mengusulkan besaran insentifnya kepada Kemenkeu dan akan dibawa ke Sekretariat Negara untuk segera disahkan," ujarnya, Jumat (19/10).
   Aturan itu, lanjutnya, menjelaskan pemberian insentif bagi seluruh kendaraan ramah lin gkungan, baik program low cost and green car (LCGC) yang masih menggunakan bahan bakar minyak maupun teknologi lain seperti hybrid, listrik, dan compressed natural gas (CNG). "Besaran insentifnya berbeda-beda bergantung pada efisiensi BBM."

Mobil listrik
   Menurut Hidayat, salah satu jenis mobil yang akan dibebaskan PPnBM adalah mobil listrik. Insentif bagi mobil listrik berupa diskon PPnBM dan bea masuk impor komponen akan dijelaskan dalam perpres mengenai low carbon emission program (LCEP).
   Dia mengatakan penggodokan aturan LCEP sudah berada di Kemenkeu dan Sekkneg setelah pihaknya memberikan usulan insentif untuk setiap jenis kendaraan dengan teknologi ramah lingkungan.
   Budi Darmadi, Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi, Kemenperin, menuturkan pembahasan peraturan tersebut sangat alot kerana membahas beberapa hal yang bersifat detil.
   Beberapa tema yang alot dibicarakan dalam pembahasan lintas kementerian adalah usulan Kemenperin tentang pembebasan PPnBM untuk kategori LCGC yang berada di bawah 1.000 cc.
   Suhari Sargo, ahli bidang otomotif, mengatakan LCGC akan membentuk pangsa pasar baru dan sulit merambah segmen lain di bawah atau atasnya, yaitu sepeda motor atau kendaraan serbaguna dengan kapasitas angkut lebih besar.
   Beberapa prinsipal otomotif global sudah menyatakan ketertarikan untuk mengikuti program LCEP, terutama di segmen LCGC.
   Kolaborasi antara PT Toyota Astra Motor dan PT Astra Daihatsu Motor telah memperkenalkan Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla pada Indonesia International Motor Show (IIMS) 2012 bebarapa waktu yang lalu.
   Selain itu, Nissa, Tata Motors dan Suzuki berencana mengikuti program LCGC dengan menyiapkan produk khusus yang masih dirahasiakan model dan konsepnya.
   Honda juga tertarik mengembangkan model LCGC dan bersiap memasarkan beberapa produk berteknologi ramah lingkungan lainnya. (Nurudin Abdullah/Agust Supriadi) (redaksi@bisnis.co.id)

Sumber: Bisnis Indonesia, 23 Oktober 2012, hal 1

Menanti Mobil Murah & Ramah Lingkungan

Pemerintah segera menerbitkan regulasi mengenai insentif bagi kendaraan bermotor rendah emisi, yang diyakini bakal memacu pasar otomotif nasional.

Jenis insentif
  • Bebas bea masuk impor completely bulit up (CBU) dan diskon PPnBM 18 bulan pertama
  • Jika berkomitmen untuk memproduksi di dalam negeri, akan diperpanjang selama 6 bulan
  • Jika masih mengimpor CBU maka akan tetap dikenakan PPnBM maksimum
  • Bebas bea masuk impor komponen yang tidak diproduksi di dalam nenegri selama 8 tahun untuk yang menyatakan komitmen produksi di dalam negeri
Rancangan Atural Low Carbon Emission Program (LCEP)
Syarat yang harus dipenuhi prinsipal.
  • Konsumsi bahan bakar rata-rata minimum 20 kpl untuk bensin diesel, gas-bensin, dan bahan bakar nabati. Kendaraan hybrid, hidrogen, listrik, BBG, wajib memenuhi konsumsi bahan bakar rata-rata 28 kpl.
  • Seluruh prinsipal yang mengikuti program ini wajib memiliki fasilitas manufaktur di dalam negeri, minimal merakit kendaraan atau memiliki kandungan lokal 40% dalam jangka maksimum 4 tahun
  • Emisi gas buang harus memenuhi standar Euro2, khususnya untuk mobil bahan bakar nonsubsidi dan diesel dengan ambang batas gas karbondioksida 150 gram per km atau dikonversi sama dengan konsumsi BBM pada syarat sebelumnya.
Usulan Insentif  PPnBM Kendaraan Bermotor LCEP dan Rakita Dalam Negeri (%)


Sumber: Bisnis Indonesia, 23 Oktober 2012, hal 1

Kamis, 20 September 2012

Insentif Green Car Tuntas

Mobil di Bawah Rp 100 Juta Bakal Booming
(Maftuh Ihsan)
Jakarta -- Pemerintah segera merealisasikan insentif untuk pengembangan mobil murah dan ramah lingkungan, setelah peraturan presiden mengenai emisi karbon rendah terbit dalam waktu dekat.
   Meteri Perindustriam M.S. Hidayat mengungkapkan aturan insentif mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car, LCGC) yang disatukan dalam regulasi low carbon emission project (LCEP) memasuki tahap final dan direncanakan terbit dalam beberapa pekan ke depan.
   "Sekarang proses administrasinya ada di Kementerian Keuangan tetapi karena berbentuk perpres, Kemenkeu berhubungan dengan Sekretariat Negara," ujarnya seusai peluncuran Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla di Jakarta, Rabu (19/9).
   Dia optimistis perpres itu segera diterbitkan karena industri itu segera diterbitkan karena industri otomotif sudah tidak sabar menunggunya.
   Menurut Hidayat, Kemenperin mengusulkan pembebasan pajak atau paling tidak pengurangan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) supaya harga jual mobil itu bisa ditekan hingga di bawah Rp 100 juta.
   Kehadiran Agya dan Ayla, lanjutnya, merupakan bukti keseriusan PT Astra Internasional Tbk, Toyota Motor Corporation, dan Daihatsu Motor Company dalam mendukung LCGC. "Kami sangat menghargai kehadiran mobil hasil kolaborasi ini. Namun, kami berharap harga mobil itu sesuai dengan konsep awal, tidak sampai US$ 10.000 per unit."
   Beberapa prinsipal lain juga menjajagi pasar LCGC seperti Bissan, Suzuki, dan Honda. Namun, baru kolaborasi Toyota dan Daihatsu yang berani berspekulasi dengan memperkenalkan mobil murah tersebut.
   Prsedien Direktur Astra Prijono Sugiarto mengatakan meskipun peraturan mengenai LCGC belum terbit, pihaknya serius berinvestasi karena potensi pasarnya besar.
   Dia optimistis kedua produk hasil kolaborasi itu akan sukses di pasar karena penetrasi penjualan kendaraan bermotor di Indonesia masih rendah. "Apalagi jumlah masyarakat kelas menengah ke atas meningkat."
   Menurutnya, rasio kepemilikan mobil di Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain, seperti Singapura dan Malaysia yakni 1 unit untuk 20 orang. Kondisi ini, ujar Prijono, disebabkan harga mobil relatif mahal.
   Pertambahan jumlah masyarakat kelas menengah ke atas yang saat ini sekitar 40 juta orang, diyakini akan mendongkrak permintaan terhadap mobil di dalam negeri, khususnya yang dibandrol dengan harga di bawah Rp 100 juta.

Catatan sejarah
   Yukitoshi Funo, Executive Vice President Toyota Motor Corporation, mengungkapkan pengenalan mobil hijau ini akan menjadi catatan penting dalam sejarah industri otomotif di Indonesia. Pasalnya, produk tersebut mendukung rencana pemerintah mengurangi konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi dan emisi gas karbon.
   Kerjasama Toyota dan Daihatsu telah dimulai sejak 2003 dengan memproduksi mobil penumpang multifungsi (MPV) Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang terbukti sukses sebagai mobil paling laris hingg saat ini di Indonesia.
   Sepanjang 8 bulan pertama tahun ini, total penjualan kedua produk tersebut mencapai 173.447 unit, tumbuh 11,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 155.103 unit.
   Koichi Ina, Presiden Direktur Daihatsu Motor Company, emanmbahkan ide pengembangan mobil murah ramah lingkungan ini merupakan jawaban dari program LCGC yang dibuat pemerintah dengan mengikuti segala ketentuan yang telah disepakati sebelumnya.
   Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor Sudirman M.R. mengungkapkan penentuan harga dan produksi massal masih menunggu kepastian aturan dari pemerintah. Menurutnya, jika PPnBM dapat dibebaskan, kedua mobil tersebut dapat dijual di bawah Rp 100 juta.
   Pengamat otomotif Suhari Sargo memperkirakan mobil murah ramah lingkungan ini akan sukses di pasar. "Mereka akan punya segmen tersendiri dan tidak akan mengganggu segmen lainnya." (Linda T. Silitonga/Nurudin Abdullah/Herdiyan/Hery Lazuardi) (redaksi@bisnis.co.id)

Sumber: Bisnis Indonesia, 20 September 2012, hal 1

Selasa, 14 Agustus 2012

Mobil Listrik Saingan Ahmadi


Setelah dihebohkan oleh mobil listrik buatan anak negeri Dasep Ahmadi, masyarakat mungkin terkejut dengan adanya mobil listrik tersebut di Indonesia. Padahal, mobil listrik yang hadir pertama kali di Indonesia bukan hanya Ahmadi.
Tahun 2007 lalu, dua unit mobil listrik didatangkan langsung dari Jepang untuk dipamerkan di Indonesia. Mobil mungil dengan merk Mitsubishi seri i MiEV tersebut sudah mejeng di show room PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors sebagai distribusi resmi Mitsubishi di Indonesia.
"Kami sebenarnya sudah mendatangkan mobil listrik ini sejak tahun 2007. Ada dua unit untuk kalangan internal. Sebatas sosialisasi," ujar Jerry Amran, humas PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors kepada merdeka.com, Senin (30/7).
Mobil yang mempunyai kapasitas 220 volt ini harus diisi baterai dari 7 hingga 8 jam nonstop. "Ini memang didesain untuk di charge malam hari dan digunakan untuk aktivitas pada pagi hingga malam harinya lagi," ujar dia. Namun, jika memang diperlukan, pengisian baterai di pusat pengisian baterai atau seperti SPBU, dalam 30 menit sudah bisa mengisi 80 persen kapasitas.
Selain itu, mobil ini juga bisa dikebut hingga 140 km/jam dengan jarak tempuh maksimal 150 kilo meter. "Di tanjakan juga tidak masalah," imbuh dia.
Jerry juga mengatakan bahwa mobil listrik ini adalah satu-satunya yang telah diakui oleh samsat Jakarta dan sudah berpelat hitam. "Kami memasang pelat hitam ini pada tahun 2010. Kami apresiasi pihak kepolisian yang telah mengakui kategori bahan bakar mobil ini adalah listrik," imbuh dia.
Mobil tersebut, kata Jerry, dibandrol dengan harga JPY 4 juta (Rp 482 juta) di Jepang. Namun, karena pemerintah Jepang memberikan subsidi untuk mobil listrik sebesar JPY 1 juta dan dari pemerintah daerah sebesar JPY 500.000, maka mobil ini dijual dengan bandrol JPY 2,5 juta (Rp 301 juta) saja.
"Tapi itu saya bicara di Jepang," kata dia. Sementara pada situs Mitsubishi, perusahaan tersebut menjual mobil listrik tersebut dengan harga USD 21.625 (Rp 204 juta) di Amerika Serikat.
Jerry mengaku, pihaknya saat ini tengah menunggu kebijakan pemerintah untuk pengembangan mobil listrik tersebut. "Kami harap pemerintah memberikan keringanan-keringanan yang membuat mobil ini bisa dijual di Indonesia. Karena lambat laun mobil berbahan bakar BBM akan ditinggalkan karena membuat polusi," kata dia.
Agustus nanti, kata dia, pemerintah diperkirakan akan mengumumkan insentif yang akan diberikan untuk pengembangan mobil listrik. "Sebenarnya dari dulu mobil listrik ini sudah ditunjukkan kepada Presiden SBY dan Kementerian Perindustrian. Namun belum juga ada kemajuan dari sisi kebijakan," kata dia.
Debut mobil listrik kembali digaungkan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan dengan mobil anak negeri, Ahmadi. Meskipun sudah bisa digunakan untuk transportasi, namun masih terdapat beberapa kekurangan pada mobil tersebut. Pada percobaan perdana, Ahmadi sempat mogok karena indikator baterai masih belum bekerja. Di sisi lain, mobil tersebut masih belum dilengkapi dengan pendingin ruangan. [rin]

Kamis, 09 Agustus 2012

ITB Siap Kembangkan Baterai Mobil Listrik

BANDUNG-- Dalam rangka persiapan produksi massal mobil lustrik nasional, Institut Teknologi Bandung (ITB) siap mengembangkan komponen baterai yang selama ini masih mengunakan produk impor.
   Rektor ITB Akhmaloka menyatakan saat ini mobil listrik telah dibuat oleh mahasiswa tiga fakultas di ITB di antaranya Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) bekerja sama dengan PT Pindad yang menyediakan workshop.
   "ITB akan mencoba mengembangkan baterai. Mahasiswa bidang lain akan digandeng untuk mengembangkannya, misalnya Program Studi Teknik Kimia," katanya seusai membuka the Triple Helix 10 International Conference 2012 di Bandung, Rabu (8/8).
   Menurutnya, baterai yang ada saat ini merupakan buatan Jepang dan dapat digunakan untuk perjalanan sekitar 100 km untuk sekali isi. Pengembangan baterai agar Indonesia tidak tergantung pada produk impor. (Bisnis/k6/k60)

Sumber: Bisnis Indonesia, 9/8/2012

Rabu, 01 Agustus 2012

Pemerintah Undang Investor Baterai Litium

Jakarta --- Kementerian Perindustrian mengundang investor untuk mengembangkan pabrik baterai litium di Indonesia guna mendukung program mobil listrik.
   Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan investasi baterai litium berbahan dasar mineral langka itu sangat penting untuk mewujudkan program mobil listrik.
   Saat ini, program mobil listrik dalam tahap persiapan oleh enam perguruan tinggi, Kementerian BUMN dan Kemendikbud. Keenam perguruan tinggi itu adalah Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Sebelas Maret, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh November, dan Politeknik Manufaktur Bandung.
   "Idealnya, kami minta investasi baterai litium dari rare mineral itu di Indonesia," katanya seusai buka bersama di kediaman menteri, Senin (30/7).
   Sebagai persiapan kebutuhan baterai tahan lama dengan kekuatan maksimal untuk menjalankan mobil, lanjutnya, enam universitas lengkap dengan dengan sejumlah kementerian sudah siap bersinergi untuk menyiapkan itu.
   Namun, Hidayat masih enggan menyampaikan investor dari negara mana yang akan mendukung penyediaan baterai litium ini. Dia pun menampik bahwa saat ini China yang serius mengembangkan tenaga berbahan mineral alam  itu. "Saya kira, siapa saja mampu mengembangkan baterai berteknologi tinggi itu."
   China memiliki 36% dari total cadangan mineral langka dunia. Saat ini, China sebagai pemilik dan penyuplai mineral langka itu berencana melakukan pembatasan ekspor mineral yang vital bagi produksi gadget canggih.
   Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, kebutuhan atas mineral langka di tingkat dunia saat ini mencapai 110.000 ton per tahun. Permintaan yang mengiringi pertumbuhan teknologi tinggi itu diperkirakan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 250.000 ton pada 2015.

Gandeng PT DI
   Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggandeng PT Dirgantara Indonesia (DI) untuk mengembangkan proyek mobil listrik.
   Mendikbud Muhammad Nuh mengatakan kerja sama ini terkait dengan rencana pemerintah memproduksi mobil listrik, dimana pada 2013 prototype mobil itu sudah terwujud.
   "Peran kami [dalam proyek mobil listrik] untuk pengembangan dan penelitian. Untuk itu, kami melibatkan PT DI dalam proyek ini," katanya di kantor PT DI, Jumat (27/7).
   Muhammad Nuh menuturkan keterlibatan PT DI dalam proyek ini untuk penyediaan tempat bagi pengembangan teknologi mobil listrik. "Bisa saja produksinya berlangsung di PT DI."
   Menurut dia, mobil listrik yang dikembangkan saat ini teknologi mesinnya masih memakai sistem baterai. Ke depan, tidak menutup kemungkinan menggunakan solar cell. (k57/Ashari Purwo)

Sumber: Bisnis Indonesia, 1 Agustus 2012, hal i8

Selasa, 31 Juli 2012

Distribution Grid Impact of Plug-In Electric Vehicles Charging at Fast Charging Stations Using Stochastic Charging Model


Abstract
PEVs (Plug-In Electric Vehicles) are gaining momentum from major car and battery manufacturers as a result of human induced global warming and volatility in petroleum prices. Charging PEVs at public fast charging station can improve the acceptance of PEVs to the public and increase their penetration level by breaking battery related bottlenecks. However, the price for the impact of fast charging stations on the distribution grid has to be dealt with. The main purpose of this paper is to investigate the impacts of fast charging stations on a distribution grid using a stochastic fast charging model and to present the charging model with some of its results. The model is used to investigate the impacts on distribution transformer loading and system bus voltage profiles of the test distribution grid. Stochastic and deterministic modelling approaches are also compared. It is concluded that fast charging station can affect transformer loading and system bus voltage profiles. Hence, necessary measures such as using local energy storage and voltage conditioning devices, such as SVC (Static Var Compensator), have to be used at the charging station to handle the problems. It is also concluded that stochastic modelling approach can produce a more sound and realistic results than deterministic approach.

Authors: Kalid Yunus, Hector Zelaya De La Parra, Muhamad Reza


Plug-In Electric Vehicle Charging Impacts on Power Systems



A Thesis Presented to ABB Corporate Research and Chalmers University of Technology Academic Faculty


ABSTRACT
Individual ICE (Internal Combustion Engine) driven vehicles are essential components of life in nations across the world. However, volatility in petroleum prices, security concerns associated with imported oil and anthropogenic climate change contribute to increasing interest in alternative vehicle technologies that are more efficient than „traditional‟ car concepts.
For a number of advantages they offer, PEVs (Plug-In Electric Vehicles) are taking center stage in the current developments to resolve impacts of ICEs in the transportation industry. If this paradigm shifts from conventional oil fueled to grid supplied transportation is to take place, there will be a significant challenges and opportunities waiting for both automobile industries, oil industries and power supply industries. The goal of this thesis is therefore to develop probabilistic models that can quantify charging patterns of PEVs to allow utilities to evaluate their increasing charging impacts on the power systems.
The heart of this diploma work can be split into two parts. The first is the probabilistic models themselves. Given any power systems of study, the outputs from these models can be used with base load profiles to investigate impacts on that system. Two major probabilistic models are developed. The first model quantifies charging patters of PEVs at fast charging station, which are the future equivalents of present petrol filing stations.
Four sub-models are developed that play with tuning different input parameters to help us have a broader understanding of fast charging patterns. A number of interesting outputs including load profiles, distribution of SOC (State of charge), and distribution of required number poles, distribution of number of charging per day and similar other distribution are generated f from the fast charging models. The second important models are the model that quantifies residential charging patterns of PEVs. Similar to fast charging models, a number of outputs including load profiles, SOC distribution, parking and charging time interval are among the important.
The second important part is impact analysis of PEV fast charging on a given power system. Three fast charging stations are deployed in VästerÃ¥s primary distribution network to study impacts PEV fast charging on system bus voltage. Similarly PEV residential charging models are deploying PEVs in VästerÃ¥s secondary distribution network to study impacts of residential charging on transformer loading, hotspot temperature variation and accelerated aging factor profiles.

Author: Yunus, Kalid Jemal




Impacts of Stochastic Residential Plug-In Electric Vehicle Charging on Distribution Grid


Abstract--In this paper, the impacts of residential Plug-In Electric Vehicles (PEVs) charging on a distribution grid are investigated. A stochastic charging model is developed and used to study the impacts on distribution transformer loading, hotspot temperature variation and Accelerated Aging Factor (AAF) of the transformer. Different penetration levels of PEVs are considered in a typical distribution system. Furthermore, distribution of State of Charge (SOC) is discussed which can be used to optimize battery capacity and required charging
infrastructure. Distribution of parking time interval is also discussed which can be used to evaluate availability of PEVs for overnight charging. The merit of stochastic approach compared with deterministic approach is also illustrated. The main contribution of this paper is the stochastic approach to evaluate the impact of residential PEV charging on the distribution grid.

Authors: K.J. Yunus, M. Reza (SM’03), H. Zelaya- De La Parra (SM’02), K. Srivastava (SM’96)


Senin, 30 Juli 2012

PLN akan bangun 10 SPBU Listrik di Jakarta


Tahun ini, PT PLN (persero) akan membangun 10 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) listrik di wilayah Jakarta sebagai bentuk dukungan rencana pengembangan mobil listrik yang dihembuskan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan. Kebutuhan investasi untuk pembangunan 1 unit SPBU listrik diperkirakan mencapai Rp 10 juta.
Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan, SPBU tersebut akan dipusatkan di tempat-tempat parkir dan parkir mall-mall yang ada di Jakarta.
"Kita akan menyediakan charging station untuk mobil listrik di Mall, perkantoran, rest area, dan sambungan khusus untuk charging karena mobil listrik membutuhkan daya 2500 kilo watt hour (KWh)," ujar Nur Pamudji di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Senin (30/7).
Untuk konsepnya berbeda dengan SPBU pada umumnya. "Kita ingin tarif charge ini tidak bersubsidi, mobil listrik Pak Dahlan butuh 4 jam ngecharge, dengan jarak tempuh Jakarta-Bandung (150km), Harga listrik Rp 1200 per kwh," jelasnya. [oer]

Minggu, 29 Juli 2012

MOBIL LISTRIK: Kemendikbud Gandeng PT DI

BANDUNG – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggandeng PT Dirgantara Indonesia (DI) untuk mengembangkan proyek mobil listrik. Mendikbud Muhammad Nuh mengatakan kerjasama ini terkait dengan rencana pemerintah memproduksi mobil listrik, dimana pada 2013 prototype mobil tersebut sudah terwujud.
“Peran kami [dalam proyek mobil listrik] untuk pengembangan dan penelitian. Untuk itu, kami melibatkan PT DI dalam proyek ini,” katanya. Muhammad Nuh menuturkan keterlibatan PT DI dalam proyek ini untuk penyediaan tempat bagi pengembangan teknologi mobil listrik. “Bisa saja produksinya berlangsung di PT DI,” katanya. Menurut dia, mobil listrik yang dikembangkan saat ini teknologi mesinnya masih memakai sistem baterai. Ke depan, tidak menutup kemungkinan akan menggunakansolar cell.
Saat ini, ujarnya, pemerintah terus mempersiapkan proyek mobil listrik mulai dari sistem permesinan, penyediaan infrastruktur, termasuk regulasinya. “Seperti, soal STNK untuk mobil tersebut. Lalu, pengisian atau tempat chargelistrik secara gratis,” katanya.
City Car
Menyoal prototype mobil listrik sendiri, Nuh mengakui pihaknya belum menentukan jenisnya apakah city car, penumpang umum, atau angkutan barang. “Itu masih belum kami tentukan. Tapi, apabila melihat pemakaian dana subsidi yang banyak, sepertinya, prototype akan dikembangkan dengan jenis city car dan penumpang umum,” katanya.
Dia berpendapat mobil listrik jenis city car produk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bisa dijadikan acuan. Jika peluncuran prototype ini bisa sesuai target dan rencana pada 2013, diharapkan mobil listrik nasional siap produksi massal pada 2014. “Apabila sifatnya mass product, terbuka opsi bagi pihak mana pun untuk menggarapnya,” katanya.
Nuh juga mengharapkan ada industri otomotif nasional yang terlibat. Namun, hal ini agak berat karena sampai saat ini industri otomotif di Tanah Air mayoritas perusahaan asing.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT DI Budi Santoso mengatakan untuk mendukung proyek mobil listrik pihaknya menghibahkan 4 unit mobil city car bernama Gang Car produksi 2003 kepada Kemendikbud. Mobil produksi PT DI itu yang awalnya menggunakan mesin berbahan bakar minyak dan berkapasitas mesin 250 cc tersebut, dalam waktu dekat segera berubah menjadi mobil listrik. “Kami serahkan mobil ini diteliti dan dikembangkan lebih lanjut,” katanya.
Dia menyampaikan PT DI terlibat dalam kerjasama ini dengan menyediakan lokasi dan tempat bagi pengembangan program mobil listrik tersebut. Untuk proses pembuatan sendiri, pihaknya akan membentuk tim khusus. PT DI sendiri dalam pembuatan mobil itu, mengadopsi teknologi pesawat terbang. “Badan mobil berbahan fibreglass spesial. Meski bobotnya ringan, bahan itu kuat,” katanya.

Jumat, 27 Juli 2012

Kemenperin Kawal Perpajakan Mobil Listrik


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, Kementerian Perindustrian mendapat tugas untuk mengawal hal perpajakan mobil listrik. "Kami disini ditugasin ngawal tax fiscal-nya," sebut Hidayat, di sela-sela Sidang Kabinet Terbatas, di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (27/7/2012).
Dia mengatakan, mobil listrik sekarang ini masih berada dalam tahap awal.  Kementerian Perindustrian, kata dia, juga akan mengawal pembuatan mobil ini bila sudah masuk dalam skala industri. "Jadi masih diproses awal. Itu masih mengalami beberapa proses lagi," sambung Hidayat.
"Tahun 2014 menurut saya kalau mau di -ass product-nya," tandasnya.
Pemerintah akan mengembangkan mobil listrik menjadi mobil nasional. Tahun 2014 direncanakan sebanyak 10.000 unit akan diproduksi. "Kita akan jadikan mobil nasional. Kalau kita bicara mobil nasional ya diproduksi nasional, otaknya nasional, ototnya nasional," sebut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, di Jakarta, Senin (23/7/2012).
Hatta pun sudah mendapatkan laporan bahwa riset sejumlah universitas telah melakukan perkembangan yang berarti terkait dengan mobil listrik. Ia pun menyebutkan, mobil listrik yang dibuat oleh alumnus ITB Dasep Ahmadi sudah masuk ke level 7 dalam technology readyness level. Mobil tersebut pun siap masuk ke level 9.
"LIPI sudah produksi kendaraan listrik bus juga berbagai macam kendaraan-kendaraan city car model-modelnya yang sudah masuk kategori kalau dalam istilah Menristek itu skala 9, sempurna itu 9, kita berada di skala 7 sekarang untuk city car," papar Hatta.
Karena keyakinan itu maka Pemerintah pun memutuskan untuk segera membentuk Pusat Pengembangan Teknologi dan Industri Otomotif. Pusat ini akan melibatkan Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan, dan BUMN. Lalu, Pemerintah akan menyelesaikan semua Peraturan Pemerintah yang terkait dengan insentif dan disinsentif.
Tahun 2014, ia pun optimistis mobil listrik akan diproduksi sebanyak 10.000 unit. Ia yakin akan ada investor dan BUMN yang akan memberikan dukungan dalam memproduksi mobil ini secara massal. "Kalau itu (swasta) sih banyak begitu kita kasih kemudahan dan insentif," tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro, mengatakan, insentif kepada mobil listrik adalah bebas bea masuk dan PPn BM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) untuk, diantaranya mesin dan batere. "Pokoknya komponen utama maupun komponen penunjangnya," sebut Bambang.
Editor :
Erlangga Djumena



http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/07/27/11263658/Kemenperin.Kawal.Perpajakan.Mobil.Listrik

Rabu, 25 Juli 2012

Ini alasan kenapa Dahlan Iskan pakai mobil listrik

JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan akhirnya buka kartu kenapa sering memakai mobil listrik buatan Ahmadi. Katanya, dua unit mobil mewahnya yang sering dipakai sebagai kendaraan operasional ternyata sedang mogok.

Kedua mobil tersebut sekarang berada di bengkel. "Mungkin mobil saya yang dua itu iri karena saya pindah ke lain hati dengan menggunakan mobil listrik," katanya, Rabu (25/7).

Dahlan mengaku tak habis pikir mengapa mobil Mercy dan Jaguar miliknya itu mogok ketika akan melakukan ujicoba pertama kali mobil listrik buatan Ahmadi. Hingga sekarang, kedua mobil pribadinya itu masih belum bisa beroperasi. "Yang Mercy apalagi, spare part-nya harus menunggu dulu sebulan dari Jerman," ujarnya.

Meski kedua mobil mewahnya mogok, Dahlan tak mau ambil pusing. Saat ini dirinya sangat nyaman menggunakan mobil listrik buatan Ahmadi itu. "Pokoknya saya menggunakan mobil listrik ini sangat senang," ucapnya.


http://industri.kontan.co.id/news/ini-alasan-kenapa-dahlan-iskan-pakai-mobil-listrik

Selasa, 24 Juli 2012

PROGRAM MOBIL LISTRIK: Jangan One Man Show Dong...

JAKARTA: Mendikbud Muhammad Nuh mengisyaratkan jangan ada one man show dalam pengembangan mobil listrik nasional.

Karena itu dia minta semua pihak terkait pengembangan mobil listrik nasional untuk berkoordinasi satu sama lain agar pengembangan industri otomotif nasional dapat fokus, sinergis dan komprehensif.

"Tidak boleh jalan sendiri-sendiri. Jangan ada yang 'one man show'. Demikian juga BUMN tidak boleh jalan sendiri, semuanya harus bersinergi," kata Nuh, di Kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, Senin.

Menurut Nuh, dalam rapat dengan Menko Perekonomian untuk pengembangan mobil listrik nasional disepakati pembentukan Pusat Pengembangan Teknologi dan Industri Otomotif (PPTI-O).

Tugassnya mengintegrasikan dan mensinergikan sumber daya yang ada, temasuk pengembangan secara sistemik dan berkelanjutan.

Pembahasan soal mobil listrik tersebut sudah memasuki kali ketiga setelah sebelumnya Presiden memanggil para rektor perguruan tinggi, dan pada sidang kabinet di Jogjakarta.

"Kemendikbud tugasnya melakukan penguatan riset dan pengembangan, dengan melibatkan UI, ITB, UGM, ITS, UNS dan Politeknik Manufaktur Bandung," katanya.

Untuk itu Kemendikbud juga akan melibatkan Kemenristek (BPPT dan LIPI) dan Kementerian BUMN seperti PT Industri Kerta Api (INKA), PT Dirgantara Indonesia, PT PIndad, dan Lembaga Elektronika Nasional (LEN).  (antara/ra)

Mobil Listrik jadi Kendaraan Dinas Menteri

JAKARTA - Impian Indonesia untuk memiliki mobil nasional (mobnas) listrik tak lama lagi bakal menjadi kenyataan. Ini setelah berbagai kementerian teknis siap bahu-membahu menyukseskan proyek mobnas listrik.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, tidak hanya mendukung, namun mobnas listrik juga akan menjadi kendaraan dinas para pejabat, termasuk anggota kabinet. "Begitu dinyatakan laik dan layak (jalan), semua menteri akan menggunakan (mobnas listrik)," ujarnya usai rapat koordinasi membahas mobnas listrik di kantornya, Senin (23/7).

Sebagaimana diketahui, selain mobil listrik Ahmadi yang berjenis city car, saat ini salah seorang kreatir mobil listrik di Yogyakarta yang oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan dijuluki Putra Petir, juga sedang ada pengembangan mobil listrik sekelas Ferrari. Selain itu, masih ada pengembangan beberapa jenis mobil listrik lainnya.

Menurut Hatta, pemerintah memang tidak main-main dalam pengembagan mobnas listrik. Karena itu, semua kementerian terkait sudah diinstruksikan untuk bersama-sama memberikan iklim kondusif bagi mobil ramah lingkungan tersebut. "Wujud konkritnya, pemerintah akan segera membentuk pusat pengembangan teknologi dan industri otomotif nasional," katanya.

Hatta menyebut, masing-masing kementerian memiliki tanggung jawab sendiri. Misalnya, Kementerian Keuangan menyusun paket insentif pajak seperti pembebasan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), pengurangan bea masuk barang modal atau komponen mobnas listrik yang saat ini masih harus diimpor karena belum bisa diproduksi di Indonesia. "Tentu, kita juga akan mengembangkan industri komponen di dalam negeri, misalnya untuk baterai," sebutnya.

Sementara itu, Kementerian Perindustrian akan menyiapkan regulasi untuk proses produksi mobnas listrik, Kementerian ESDM menyiapkan infrastruktur seperti stasiun pengisian listrik (charge), adapun Kementerian Pendidikan Nasional serta Kementerian Riset dan Teknologi akan membantu proses riset dan sinergi dengan berbagai perguruan tinggi (PT). "Sedangkan BUMN, nanti bisa menjadi investor, swasta juga bisa," ujarnya.

Hatta menyebut, pemerintah telah menggandeng enam perguruan tinggi dan 2 lembaga yakni Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Adapun enam PT yang digandeng adalah Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), dan Politeknik Manufaktur Bandung. "Laporan dari Mendikbud, kemajuannya sangat pesat," katanya.

Menurut Hatta, pemerintah menargetkan, paling lambat pada 2014, mobnas listrik yang saat ini masih dalam bentuk prototipe atau purwarupa, sudah bisa diproduksi secara massal. "Targetnya sampai 10 ribu unit per tahun," ujarnya. Kemarin, Hatta yang ditemani Menteri BUMN Dahlan Iskan, juga sempat mencoba mengendarai mobil listrik Ahmadi. 

Dahlan menambahkan, sesuai instruksi Presiden SBY, segala hal yang terkait dengan regulasi untuk proses produksi maupun insentif perpajakan, harus sudah tuntas dalam waktu tiga bulan. "Itu untuk mobil listrik dan mobil hibrida," katanya.

Salah satu regulasi yang ditunggu-tunggu adalah insentif perpajakan. Sebab, hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap harga jual mobil listrik. Tanpa insentif, maka harga mobil listrik Ahmadi diperkirakan mencapai Rp 300 juta. Tentu itu jauh di atas harga mobil sekelas city car berbahan bakar BBM yang hanya dijual di kisaran Rp 120 - 150 juta per unit.

Karena itu, menurut Dahlan, agar bisa diterima oleh pasar atau masyarakat, maka mobnas listrik harus dijual dengan harga yang tidak terlalu jauh beda dengan mobil berbahan bakar BBM. Untuk mobil listrik Ahmadi, dia menargetkan bisa dijual di bawah Rp 200 juta. "Harga ini akan bergantung pada seberapa banyak insentif yang diberikan," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Menteri ESDM Rudi Rubiandini mengatakan, saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan Pertamina dan PLN untuk mendesain pengembangan stasiun pengisian listrik. Selain di SPBU milik Pertamina, alat charger juga akan dibangun di tempat-tempat umum seperti mal/pusat perbelanjaan. "Kami sedang membuat kajian, apakah charger itu nanti digratiskan," katanya.

Di sisi lain, gairah pengembangan mobil listrik di Indonesia rupanya membuat salah satu raksasa otomotif dunia asal Jepang, Mitsubishi, juga berminat untuk menjual mobil listrik i-Miev di Indonesia. "Tahun depan, mereka akan ekspansi," ujar Deputi Menko Perekonomian bidang Perdagangan dan Industri Eddy Putra Irawady.

Saat ini, i-Miev merupakan salah satu mobil listrik terlaris di dunia. Kendaraan jenis city car (sama dengan Ahmadi) yang pertama kali diluncurkan di Jepang pada 2009 tersebut kini sudah laku terjual lebih dari 17.000 unit di seluruh dunia. (owi)


Sumber: http://www.jpnn.com/read/2012/07/24/134655/Mobil-Listrik-jadi-Kendaraan-Dinas-Menteri-

Senin, 23 Juli 2012

Bus Listrik LIPI - Ristek



JAKARTA, 23/7- PROGRAM MOBIL LISTRIK. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa (kanan) bersama Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhamaad Hatta (kiri) melihat bus listrik seusai rapat koordinasi membahas program mobil listrik nasional di Jakarta, Senin (23/7). Menurut Hatta, program pembuatan mobil listrik nasional sudah menuju tahap pengembangan prototipe mobil, pembuatan regulasi, insentif, dan kesiapan industri. FOTO ANTARA/Prasetyo Utomo/Spt/12


Sumber: http://www.antarafoto.com/bisnis/v1343028327/program-mobil-listrik

Menko Perekonomian dan Mobil Ahmadi

JAKARTA, 23/7- PROGRAM MOBIL LISTRIK. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa (kiri) bersama Menteri BUMN Dahlan Iskan (kanan) mengendarai mobil listrik seusai rapat koordinasi membahas program mobil listrik nasional di Jakarta, Senin (23/7). Menurut Hatta, program pembuatan mobil listrik nasional sudah menuju tahap pengembangan prototipe mobil, pembuatan regulasi, insentif, dan kesiapan industri. FOTO ANTARA/Prasetyo Utomo/Spt/12


Sumber: http://www.antarafoto.com/bisnis/v1343028339/program-mobil-listrik

Kamis, 12 Juli 2012

Hevina picu inovasi mobil listrik nasional

Jakarta (ANTARA News) - Sebuah bus ukuran sedang berwarna merah cerah yang masih tampak "kinclong" terpajang megah di tempat parkir kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, sedang menunggu Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menaikinya.

Dahlan Iskan, Selasa ini, berniat merasakan nikmatnya menaiki bus listrik yang sebelumnya sudah dinikmati beramai-ramai oleh rombongan Menteri Riset dan Teknologi Gusti Mohammad Hatta dan Menteri Perhubungan EE Mangindaan pada peluncuran peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) 2012, akhir bulan lalu (26/6).

"Sangat nyaman. Dibanding dengan mobil diesel, ini tak ada suara. Mulai dari kecepatan pelan sampai kecepatan tinggi sangat halus," komentar Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rudi Rubiandini seusai mengikuti "fun drive" bersama Menristek saat itu.

Bus berkilau merah bernama Hevina (Hybrid Electric Vehicle Indonesia) itu memang bukan bus biasa yang dijalankan dengan solar atau bensin, bus ini sepenuhnya dijalankan dengan listrik dari batere Lithium (LifeP04) yang memutar motor listrik penggerak roda.

Perbedaan mendasar antara mobil listrik dan mobil konvensional terletak pada sistem penggeraknya yang 100 persen berbeda secara konsep, jika mobil konvensional menggunakan engine, mobil listrik menggunakan motor listrik.

Jika pada mobil konvensional, dalam mesin terjadi proses pembakaran sehingga menimbulkan suara bising, pada mobil listrik, motornya menggunakan energi listrik dari batere, sehingga tidak menimbulkan suara.

Bus Listrik yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut mampu membawa 15-17 orang dengan kecepatan maksimal 100 km/jam serta mampu berjalan sejauh 150 km dengan sekali pengisian batere 500 ampere.

Spesifikasinya yakni menggunakan motor tipe Brushless DC motor, nominal votalge 320 VDC, peak power 147 HP/110 KW, max motor RPM 5000, peak torque 300Nm, controller 280-380 VDC/600 A, battery pack lithium battery (lifePo4), 320 VDC/160 A, charge input 220 VAC, output 20 VDC/24 A. 

Masih Mahal
Peneliti yang memimpin riset untuk bus listrik LIPI Abdul Hapid mengakui, biaya pembuatan prototipe minibus listrik ini terbilang besar, mencapai sekitar Rp1,5 miliar, sementara harga pasaran minibus "on the road" dengan bahan bakar minyak (BBM) hanya sekitar Rp300-350 juta per unit.

Menurut dia, dimanapun di dunia mobil listrik masih mahal, namun tampak lebih murah karena mendapat subsidi dari pemerintah.

Ia mencontohkan, di China bus listrik disubsidi hingga 73.000 dollar AS per unit, sedangkan mobil listrik jenis sedan disubsidi 8.800 dollar AS, demikian pula di Amerika Serikat, dimana mobil listrik sekelas sedan disubsidi 7.500 dollar AS.

"Apalagi bus LIPI ini masih harga riset, jika sudah komersial alias diproduksi massal harganya tentu tidak sebesar itu, pastilah di bawah Rp1 miliar dan lebih kompetitif," katanya.

Ditambah lagi mobil listrik ini menyempurnakan banyak kelemahan mobil BBM karena ramah lingkungan, hemat energi dan biaya operasional yang murah, katanya.

Mengapa ramah lingkungan, menurut dia, karena bus listrik tidak mengeluarkan karbondioksida hasil pembakaran bahan bakar fosil (zero emission), dan berarti juga tak memakai knalpot, ujarnya.

Sedangkan hemat energi karena jika mobil konvensional menggunakan solar atau bensin yang disubsidi seharga Rp4.500 per liter sementara per liter dihabiskan dalam jarak 7-10 km, mobil listrik hanya menghabiskan Rp2.000 untuk 2 kWh (tanpa subsidi) yang dihabiskan dalam jarak 10 km, ujarnya.

"Mesin mobil listrik juga mati dengan sendirinya jika tidak jalan, jadi kalau berhenti di lampu merah, energi tidak digunakan, karena itu makin hemat.Efisiensinya di atas 80 persen, sementara efisiensi pembakaran di mobil konvensional hanya 12-15 persen. Apalagi di perkotaan yang macet seperti Jakarta," katanya. 

Mobil listrik, urainya, juga dapat menurunkan biaya operasional 50 persen dibanding mobil konvensional dan menurunkan biaya perawatan sampai 70 persen. 

"Perawatan mobil listrik hampir tidak ada, tidak ada radiator, tidak perlu ganti aki, tidak perlu ganti oli mesin dan filter," kata Abdul Hapid.

Dikatakannya, mahalnya mobil listrik lebih disebabkan karena harga baterenya yang masih sangat mahal, yakni 40 persen dari harga mobil keseluruhan.

"Bus listrik ini memuat 100 batere lithium yang masing-masing seberat 5 kg, sehingga berat seluruhnya 500 kg dengan total harga lebih dari Rp400 juta, lebih mahal dari harga motor listriknya," katanya.

Jika batere sudah "low-bat" pengisian batere bisa dilakukan seperti halnya men-charge handphone, namun butuh waktu empat jam agar batere bisa penuh kembali. Saat ini sudah ada charger khusus yang waktu pengisiannya cukup 20 menit.

"Pengisian bisa dilakukan pada malam hari ketika daya listrik PLN hanya digunakan 20 persen oleh masyarakat, sehingga tak akan mengganggu kapasitas terpasang," katanya. 

Jika sudah ada batere yang lebih efisien daripada batere lithium ion yang sedang populer saat ini, tegas dia, harga mobil listrik bisa jauh lebih murah dari harga sekarang.

Produksi Massal
Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Gusti Muhammad Hatta menyatakan bangga, bus listrik buatan LIPI yang telah diujicobanya cukup nyaman ditumpangi dan siap untuk digunakan sebagai sarana transportasi darat.

"Kami dengan kementerian terkait dan sejumlah pelaku usaha sudah berkoordinasi untuk mempersiapkan penyempurnaan teknologi, fasilitas produksi hingga regulasinya serta mekanisme persaingan usaha yang sehat agar bus listrik nasional ini bisa diproduksi secara massal dan kompetitif," ujarnya. 

Gusti menargetkan produksi mobil listrik dalam jumlah terbatas sudah bisa dilakukan pada awal 2013 dan dilanjutkan produksi mobil secara massal pada 2014. 

Sementara itu, Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan berjanji akan mendukung penggunaan mobil listrik tersebut di masyarakat dengan merumuskan regulasi dan juga infrastrukturnya. 

"Kami dukung ini. KESDM akan siapkan infrastruktur berupa stasiun tempat pengisian batere bagi mobil listrik," kata Wakil Menteri ESDM, Rudi Rubiandini.

Hafid menambahkan, meski konsep rancangannya berbeda dengan mobil konvensional, industri dalam negeri mampu membuat mobil listrik sendiri dan membuatnya menjadi massal.

Bus listrik LIPI, dijelaskannya, memang masih harus menggunakan motor listrik dan batere yang diimpor dari AS, sementara kerangka (chasis)-nya dari pabrik Isuzu.

"Namun konsep rancangan bus listrik ini, hingga bodinya, termasuk interior dan eksterior sepenuhnya dibuat LIPI bersama bengkel karoseri pembuat badan kendaraan niaga, truk, dan bus di dalam negeri, jadi prinsipnya kita bisa," katanya.

Jika bus listrik telah diproduksi secara massal maka, harganya akan konpetitif dan peminatnya akan meningkat, katanya sambil berharap mobil listrik LIPI ini makin memicu inovasi mobil non-BBM dan mobil listrik nasional berikutnya.

(D009)  Dewanti Lestari Editor: Aditia Maruli
Sumber: http://otomotif.antaranews.com/news/1342049995/hevina-picu-inovasi-mobil-listrik-nasional 

Rabu, 30 Mei 2012

Penjelasan Dasep Ahmadi tentang Desain Mobil Listrik pada Rapat Kabinet Presiden SBY di Istana Yogya

Alumni ITB ysh,

Terimakasih atas tanggapan / dukungan /kritik teman2 alumni ITB khususnya Mas Bambang tempo, mas Ari, Mas Buntoro dkk lainnya yg tidak bisa saya sebutkan satu persatu, atas program mobil listrik,, saya salah satu yg ikut dalam team ini berusaha agar program ini bisa di wujudkan menjadi kenyataan dan tentu mengharapkan dukungan penuh pemerintah. Keluarga Kiichiro Toyoda saja ketika memproduksi mobil pertama kali mengandalkan order pemerintah padahal waktu itu yg saya baca dari autobiography sakichi toyoda, sekitar thn 1940an di media jepang banyak disindir mobil truck toyota "selalu bersemedi" artinya mereka pada mengkritik mobil truck toyota mogok melulu.

Saya sudah sampaikan ke pak SBY (dan separo menteri kabinet) secara langsung di rapat itu. " bahwa SDM kita sangat siap membangun Industri mobil, industri semacam Astra di indonesia "sebenarnya" sepenuhnya di operasikan oleh putra putri indonesia.
Sebagai contoh dulu ketika saya bekerja di PT Astra Daihatsu Motor Engine Plant 1994 - 1998 orang jepangnya waktu itu Mr Imanishi kalau ada problem yg sulit sekalipun biasanya ditangani oleh orang indonesia ". ( Disitu saya bekerja dengan rekan2 alumni mesin ITB yg lain seperti M sadewo, Asrul, Joearno, Bambang Suteja dll . Contoh kasus masalah membuat Crankshaft/kreuk as oleh Pin Miller CNC Machine atau Pin Grinding CNC Machine proses yg paling sulit waktu itu,, ketika ada masalah Mr Imanishinya enggak tahu, kita2 engineer ini yg menangani. Saya sedikit naik PD nya waktu itu karena Mr Matsumoto konsultan dari Daihatsu Motor Corporation jepang pernah menggelari saya Profesor dalam Bidang Machinery karena ada waktu itu problem mesin yg rusak yg tidak mereka temukan penyebabnya, Alhamdulillah bisa saya temukan . Alhamdulillah dari 2005 sampai saat ini Mr Matsumoto lah yg suka memberi kesempatan pekerjaan Membuat Mesin2 untuk pabrik Mobil Perodua di Malysia).

Saya sampaikan ke pak SBY lagi waktu itu "bahwa Mobil Listrik tidak hanya suatu produk, membangun Industri, Menciptakan lapangan Kerja, tapi itu adalah spirit, harga diri , simbol kemandirian,, bahwa bangsa kita layak menjadi bangsa produsen". Saya lupa waktu itu menyampaikan bahwa itu juga suatu opportunity dalam kondisi ekonomi saat ini dimana BBM semakin sulit dan mahal dan emisi gas buang yg bermasalah.

Terakhir saya sampaikan (walaupun dengan kalimat yg kurang begitu baik. Maklum kepikir waktu bicara ), "saya begitu terharu melihat di istana jogja ada lukisan pangeran dipenogoro yg sedang berjuang untuk kemerdekaan, tentu saya yakin kalau beliau masih hidup tentu mengharapkan generasi ini berjuang bagaimana kita bisa membangun kemandirian dalam Industri mobil."

Sehubungan dengan permintaan dari beberapa rekan di Milist tentang bagaimana spec dari mobil listrik yg kami buat dan perhitungan kelayakan ekonominya berikut saya jelaskan data2 yg kami miliki mohon koreksi kalau ada yg keliru :

1. Motor yg kami gunakan AC motor 50HP continue
2. Jarak tempuh yg saya rancang 120 sd 140 km /charging
Mobil memiliki kemampuan menyerap energi mekanik ketika jalan menurun atau decelerasi untuk charging accu (regenerative braking)

3. Kecepatan maxsimum 100km/jam bisa di exten jadi 120km/jam (programmable)

4. Battery yg akan kami gunakan Lithium ion battery 21KWH (3.2volt 180AH , 36 cell battery) jadi tegangan sistemnya 36x3,2volt = 115volt (tegangan cell bisa naik ketika dicharging sampai 3,4 volt)
Total energi yg dibawa 115Volt x 180AH= +- 21KWH
(Semoga tidak ada problem di spacenya)

Mungkin bisa dibandingkan Mitsubishi electric car i-MiEV Pakai baterry Lithium 16KWH (range 160km japanese cycle, 100km US EPAcycle) , Nissan Leaf pakai Battery 24KWH.

Hitungan saya, untuk city car fuel ekonominya MPG nya sekitar 7 sampai 8 km / KWH (city) kalau highway lebih rendah karena pengaruh force akibat drag (besarnya berbanding lurus dengan kwadrat kecepatan). Kecuali kalau di jalan tol kecepatan nya max 70km/jam pengaruh drag ini belum terasa.

kalau mobil saya pakai battery 21KWH sebenarnya yg boleh dipakai dan dicharge adalah 80%nya sekitar 16.8 KWH jadi sederhananya untuk dirumah kalau saya pakai charging level 2 untuk 6 jam charging butuh daya 16.8/6 = 2,8KW dengan 220V maka butuh 13 Ampere

Tentu kita bisa lebih rendah lagi keperluan dayanya kalau batterynya seperti Mitsubishi.

Untuk fast charging (level 1) teknologi LIthium ion ini bisa 30menit untuk mencapai 80% dari energi yg dimiliki , sehingga bisa dihitung dayanya butuh berapa.

5. untuk keekonomiannya hitungan saya adalah tadi, fuel consumsion 7 sampai 8 km / kwh , katakanlah rata2 7,5 km/kwh. Biaya listrik bersubsidi Rp 730/kwh atau Rp 1100/kwh(tanpa subsidi,, menurut Dirut PLN )
Sehingga apabila orang yg punya mobil Charging penuh saat ini biayanya hanya 16.8 x730 = Rp 12.264 untuk perjalanan 126km (16.8x7.5)(bersubsidi), Rp 18.480 (tanpa subsidi)

Mungkin kawan2 bisa bandingkan dengan kendaraan yg pakai BBM yang rata2 15km/liter (antara subsidi dan non subsidi).

Hal2 diatas menurut saya sangat prosfektif untuk dikembangkan mobil listrik, lebih lebih kalau waktu chargingnnya dipakai tengah malam artinya menggunakan listrik yg terbuang percuma oleh PLN siapa tahu harganya bisa lebih murah .

Mungkin sekian dulu penjelasan saya semoga bermanfaat. Memang seperti teman2 sampaikan membangun industri mobil lebih2 mobil listrik tidak mudah masih banyak PR yg harus kita selesaikan. Semoga ini menjadi tantangan bagi kita semua.

Salam Hangat
Dasep Ahmadi M84



Jumat, 25 Mei 2012

Konferensi Pers Presiden di Gedung Agung Yogya


KONFERENSI PERS
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
KUNJUNGAN KERJA KE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DI GEDUNG AGUNGYOGYAKARTA
TANGGAL 25 MEI 2012



Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Saudara-saudara, para wartawan dan insan pers yang saya cintai,

Saya ingin memberikan penjelasan kepada Saudara, menyangkut kegiatan utama dalam kunjungan saya beserta rombongan ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah selama dua hari ini.

Ada empat kegiatan utama yang kami lakukan, pertama adalah melaksanakan rapat koordinasi antara unsur pemerintah pusat dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan Gubernur Jawa Tengah, tentang sinergi dan kerja sama antara pusat dengan daerah dalam meningkatkan ketahanan pangan dan dalam upaya pengurangan kemiskinan.

Kegiatan yang kedua, yang baru saja selesai, adalah pertemuan lanjutan untuk memastikan bahwa apa yang kita lakukan secara bersama untuk mengembangkan transportasi yang hemat energi dan ramah lingkungan itu berjalan dengan baik dan dengan progress atau kemajuan yang nyata.

Kegiatan ketiga, di kantor gedung negara ini juga, saya menerima kunjungan dari pimpinan BP atau British Petroleum Company, menyangkut kerja sama Indonesia dengan BP di bidang energi, baik di masa yang lalu, sekarang, dan ke depan.

Sedangkan kegiatan yang keempat, besok, memenuhi undangan Gubernur Jawa Tengah, saya akan ikut dalam kegiatan International Hash yang akan dilaksanakan di kawasan Borobudur guna meningkatkan dunia kepariwisataan di negeri kita.

Saya ingin mengelaborasi satu demi satu secara singkat apa yang menjadi kegiatan kami hari ini.

Pertama-tama, dalam rapat menyangkut upaya peningkatan ketahanan pangan dan pengurangan kemiskinan, saya telah mendapatkan laporan dan presentasi dari  kedua gubernur dengan staf, yaitu Gubernur DIY dan Gubernur Jawa Tengah, tentang apa saja yang dilakukan di kedua provinsi itu untuk meningkatkan ketahanan pangan dan pengurangan kemiskinan. Saya mencermati apa yang dilaporkan tadi dan saya melihat progress, melihat kemajuan upaya pengurangan kemiskinan dan sekaligus upaya peningkatan ketahanan pangan.

Saya juga mengerti ada sejumlah tantangan, yang tantangan itu nampaknya juga terus diatasi oleh kedua provinsi ini, baik DIY maupun Jawa Tengah. Meskipun dari pihak kami, dari pemerintah pusat, juga akan ikut membantu mengatasi masalah-masalah itu manakala memang tidak mampu diatasi oleh daerah. Dan tentu ini kewajiban pusat dalam bentuk kebijakan, dalam bentuk fiscal incentives, bantuan pembangunan infrastruktur, dan lain-lain.

Tentu saja saya senang dengan progress itu, dan saya meminta kedua pemerintah daerah tersebut untuk melanjutkan apa yang telah dilakukan, ditingkatkan lagi. Sebagai contoh, menyangkut ketahanan pangan, meskipun Jawa Tengah memiliki ketahanan pangan yang tinggi, berbeda dengan Yogyakarta, memang lebih luas wilayahnya, areal pertaniannya juga lebih luas dibandingkan dengan Yogyakarta, tentunya logis kalau Jawa Tengah bisa menyumbang ketahanan pangan secara nasional. Yang saya sampaikan tadi, terus tingkatkan kontribusi Jawa Tengah, misalnya untuk meningkatkan ketahanan pangan secara nasional, utamanya padi, kemudian daging sapi, dan kedelai, jagung, kemudian gula, di samping yang lain-lain.

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki usia harapan hidup yang tinggi, dan sesungguhnya juga memiliki performance yang baik, meskipun angka kemiskinan relatif lebih tinggi dibandingkan angka nasional, tetapi saya juga tahu upaya yang dilakukan secara terus-menerus. Itu kegiatan utama yang pertama.

Yang kedua, Saudara-saudara, baru saja saya melaksanakan pertemuan dengan para rektor perguruan tinggi dengan staf dan para ahli di perguruan tingginya masing-masing, dengan jajaran BUMN, dan ada lima putra bangsa yang selama ini mengembangkan electric car, transportasi elektrik, di beberapa negara dan ingin menyumbangkan apa yang dia miliki untuk negeri kita, dan tentunya dengan para Menteri.

Ini pertemuan kedua setelah tanggal 19 Maret mereka saya undang ke Jakarta untuk bersama-sama membangun tekad agar negara kita ini menghadirkan transportasi yang hemat energi dan kemudian ramah lingkungan. Solusinya dua, yang dikenal oleh dunia sekarang ini, yaitu mengembangkan kendaraan yang sangat hemat bahan bakar minyak, tetapi sekaligus bisa menggunakan listrik, yaitu sistem hibrid, hybrid system, yang sudah mulai dikenalkan di Indonesia, dan saya ingin ini secara bertahap bisa menggantikan kendaraan yang sepenuhnya menggunakan BBM.

Saudara tahu, subsidi BBM sangat tinggi, volume penggunaan BBM juga sangat tinggi, dan membebani anggaran negara dan juga mencemari lingkungan kita. Dengan sistem hybrid jauh lebih hemat karena kendaraan itu sekaligus menggunakan BBM dan juga listrik, yang tanpa di-charge, itu ada mekanisme yang saling mengisi.

Kemudian yang kedua, memang sepenuhnya nantinya tidak menggunakan BBM, yaitu electric carelectric transportation, yang hari ini kita bahas. Saya senang di perguruan tinggi, di LIPI, di BPPT, di Pindad dan juga BUMN juga terus dikembangkan. Saya juga senang ada kehadiran lima ahli kita, putra-putra bangsa yang relatif muda, juga akan ikut mengembangkan teknologi dan industri di negeri kita.

Saya senang karena ada timeline, ada roadmap yang akan kita tempuh, tentu saja research and development and innovation untuk menghadirkan mobil listrik, motor listrik, transportasi listrik, itu memerlukan konsentrasi dan pekerjaan yang sungguh-sungguh padat teknologi. Kemudian yang kedua adalah urusan regulasi, urusanpolicy, yang itu menjadi domain dan kewajiban pemerintah yang juga akan kita lakukan. Sedangkan yang ketiga, manakala hasil penelitian dan pengembangan itu harus masuk ke wilayah industri, wilayah bisnis, digunakan oleh masyarakat luas, tentu ada sisi investasi, ada sisi dunia usaha.

Semua itulah yang akan lebih kita kolaborasikan, dengan demikianprogress-nya nyata, konsepnya jelas, roadmap-nya ada, dengan demikian dalam waktu yang tidak terlalu lama negara kita juga bisa tidak sepenuhnya menggunakan kendaraan yang hanya menggunakan BBM tetapi juga paduan BBM dengan listrik dan sebagian listrik, nantinya lebih banyak listrik.

Apa yang kita lihat tadi, yang Saudara saksikan, itu adalah bentuk yang sederhana, itu bisa digunakan angkutan dalam kampus, di tempat-tempat olah raga, di instansi atau komunitas yang tidak terlalu luas, tanpa polusi, tanpa BBM sama sekali, dan itu sepenuhnya menggunakan listrik. Dari model yang sederhana itu, yang digunakan untuk kepentingan khusus, kita akan menuju kepada kendaraan, pada transportasi, baik itu untuk penumpang biasa, kapasitas empat orang, maupun untuk angkutan publik dengan kapasitas yang lebih besar lagi.

Tentu banyak yang masih harus kita jaga kerahasiannya, karena kompetisi seperti ini amat tinggi, banyak negara lain juga yang mengembangkan, kita melindungi, we have to protect agar pengembang ataupun para inovator itu sampai pada saatnya nanti secara sah masuk ke industri dan dunia bisnis kita. Itu yang kedua Saudara-saudara.

Sedangkan yang ketiga, tadi pagi sebagaimana saya sampaikan, saya menerima kunjungan pimpinan BP, ada good news, Saudara tahu bahwa dengan perkembangan ekonomi negara kita, di kala dunia mengalami krisis sekalipun, sekitar 6,5%, maka terjadi peningkatan kebutuhan yang luar biasa pada energi, termasuk gas. Nah, gas ini, meskipun ada beberapa tempat eksplorasi dan produksi dan telah berfungsi, tetapi ternyata dikaitkan dengan kebutuhan domestik yang meningkat sangat tajam, tentu tidak cukup kalau tidak ada penataan-penataan baru. Sebagaimana Saudara ketahui, ada kontrak-kontrak di waktu yang lalu, karena dulu kebutuhan gas di negeri kita tidak terlalu besar, maka ada perjanjian jual-beli, dari Indonesia dijual ke negara lain dan kontraknya sudah puluhan tahun yang lalu.

Menyadari tuntutan ekonomi kita sekarang ini, maka pemerintah sesungguhnya beberapa saat yang lalu, sekarang, terus melaksanakan negosiasi, pembicaraan kembali, agar gas yang diproduksi di bumi Indonesia ini, tentunya, tidak tepat dan tidak adil kalau semuanya harus dijual di luar negeri. Tetapi, tentu tidak semudah itu untuk bernegosiasi karena secara internasional semua negara harus menghormati kontrak. Saya menghormati kontrak, tetapi saya juga mengajak para investor, para pemimpin bisnis yang beroperasi di Indonesia ini untuk memahami situasi di Indonesia sekarang ini. Kalau kontraknya ternyata tidak tepat dan dirasakan kurang adil sekarang ini, mengapa dengan niat yang baik untuk kita perbaiki ataupun perbaharui. Itulah jiwa dari apa yang kita lakukan.

Khusus berkaitan dengan perlunya meningkatkan supply gas di dalam negeri kita, maka tadi saya berbicara dengan pimpinan BP khususnya, yang sekarang sedang mengerjakan proyek di Tangguh. Saudara tahu, Tangguh itu kontraknya sudah sekian tahun yang lalu dan kontrak itu saya nilai banyak yang harus kita perbaiki agar lebih adil, lebih seimbang, dan membawa manfaat kepada ekonomi kita.

Saya katakan ada good news, yang pertama, kalau semula konsepnya atau bisnisnya gas itu akan dijual di luar negeri, maka disepakati akan ada yang dialirkan ke dalam negeri berjumlah 230 jutacubic feet per day dan tentu akan sangat bermanfaat bagi pengembangan industri kita. Itu yang pertama.

Yang kedua, ada juga sebetulnya rencana untuk pengapalan gas itu ke buyer, pembeli negara lain, dalam jumlah yang besar, misalkan 60 kapal/pengapalan, ternyata tidak sebanyak itu dan sekitar 56 kapal akan bisa digunakan untuk kepentigan kita. Itu salah satu hasil dari pembicaraan tadi yang sebelumnya dibicarakan dengan menteri terkait.

Kemudian yang ketiga, BP juga, di Papua, akan menambah lagi trainuntuk produksi gasnya itu dengan investasi sebesar 11 milyar dollar AS, sekitar Rp.100 triliun. Tentu ini suatu investasi yang besar dan akan menggerakkan perekonomian lokal dan perekonomian nasional. Tetapi yang menggembirakan bahwa dari produksi itu, 40% akan dialirkan dan akan digunakan oleh industri dalam negeri yang dulu, terus terang, tidak terpikirkan untuk seperti itu.

Yang keempat, BP juga akan mengalirkan listriknya untuk masyarakat Bintuni yang dekat dengan lokasi itu, sekarang diperlukan 4 Megawatt, tetapi bisa ditingkatkan akan menjadi 75 Megawatt, sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat lokal di situ.

Yang lain, Saudara tahu bahwa kita punya sumber energi terbarukan, sumber energi yang ramah lingkungan, yaitu panas bumi ataugeothermal. Terus terang, meskipun kita punya deposit yang paling tinggi di dunia, tetapi baru sedikit yang digunakan karena memang ada tantangan-tantangan, tidak mudah investasi datang ke situ, harganya dibandingkan dengan minyak yang kita berikan subsidi ternyata tidak kompetitif, tetapi BP dengan pembicaraan tadi sanggup juga untuk ikut mengembangkan geothermal yang ada di Indonesia, dengan demikian menambah lagi daya listrik yang kita miliki.

Dan yang terakhir, Saudara tahu bahwa kita punya banyak batubara, tetapi batubara itu mestilah kita gunakan untuk kepentigan yang lebih luas, downstream industries, teknologi yang ramah lingkungan, dan BP, sebagaimana yang dijanjikan dahulu, telah mulai memproduksi CBM (Coal Bed Methane) yang tentunya membawa manfaat yang riil.

Itulah kegiatan hari ini Saudara-saudara, dan besok pagi kami akan mengikuti kegiatan International Hash di kawasan Borobudur dengan para peserta dari 40 negara, kalau tidak salah yang saya dengar tadi, dan tentunya mudah-mudahan itu meningkatkan dunia kepariwisataan di Jawa Tengah maupun Daerah Istimewa Yogyakarta.

Itulah Saudara-saudara yang perlu saya sampaikan pada kesepatan ini, terima kasih, sampai besok, terima kasih atas perhatiannya.

Selesai.